1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

15 Pelajar dari berbagai daerah belajar seni ke Maestro Tari Gandrung

Pelajar ini mengikuti Program Belajar Bersama Maestro 2016.

Pelajar Pogram Belajar Bersama Maestro 2016. ©2016 Merdeka.com Editor : Farah Fuadona | Rabu, 27 Juli 2016 19:03

Merdeka.com, Banyuwangi - Ratusan pelajar SMA/SMK dari pelbagai daerah di Tanah Air mengikuti Program Belajar Bersama Maestro 2016. Tarian Gandrung Banyuwangi, Jawa Timur terpilih sebagai satu dari 10 maestro Indonesia, yang akan berbagi ilmu seni kepada para pelajar.  

Seperti terlihat di Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Selasa(26/7) malam. Ada 15 remaja putri, yang masing-masing adalah pelajar dari Padang, Gorontalo, Bali, Jawa Tengah, NTT, dan beberapa daerah lainnya. Mereka belajar bersama selama tujuh hari dengan Maestro Tari Gandrung, Temu Mistyi.  

Temu merupakan Penari Gandrung kawakan di Kabupaten Banyuwangi. Selain maestro tari, perempuan kelahiran Banyuwangi, 20 April 1953 ini juga dianugerahi suara emas yang jarang dimiliki Penari Gandrung lain. Suaranya melengking dengan cengkok khas Osing (Using).

Temu juga mampu mengkolaborasikan suara gending dengan lagu Banyuwangi modern. Para peneliti, menyebut suara Temu adalah suara eksotisme timur. Jadi tak salah, ke 15 pelajar tersebut datang ke Tanah Blambangan dan menemui Temu. Sejak tanggal 19 Juli lalu, mereka belajar tarian khas Tanah Osing tersebut kepada sang maestro.

Pendamping peserta Program Belajar Bersama Maestro 2016, Aekano Haryoto mengatakan, program ini bertujuan untuk regenerasi kesenian di Tanah Air. "Nantinya hasil dari Banyuwangi ini, diharapkan bisa ditularkan ke daerah asal masing-masing pelajar," kata Aekano.

Harapannya, lanjut Aekano, dengan program ini, para peserta bisa semakin mengenal, mempelajari, dan pada akhirnya melestarikan Seni Gandrung Banyuwangi. “Sehingga kesenian di Tanah Air ini tidak punah,” ucapnya.

Dia juga mengatakan, ke 15 pelajar ini dipilih karena mereka memiliki bakat di bidang seni. Dan untuk bisa mengikuti Program Belajar Bersama Maestro 2016, mereka harus mendaftar terlebih dulu secara online. “Calon peserta harus mengirim video karya seni mereka ke panitia. Setelah itu diseleksi, dan hanya mereka yang terpilih bisa mengikuti program ini,” paparnya.

Seperti siswi asal Pulau Dewata, Bali, Santi Dewi ini misalnya. Pelajar SMAN 2 Mendoyo, Bali ini mengirimkan video Tari Legong Kuntul. Lalu setelah itu, sekitar awal Juli, Santi dihubungi panitia dan resmi menjadi peserta. "Saat ditawari bersedia atau tidak, langsung saja saya mau," kata siswi berusia 15 tahun tersebut.

Begitu pun dengan Wahyu Larasati, asal Jawa Tengah, siswi SMA Negeri 3 Salatiga ini mengaku mengirim video Tari Prajurit Nyawiji yang merupakan tari kreasi baru miliknya. Wahyu mengaku, selama di Banyuwangi, dia belajar tari dan nyanyian Jejer Gandrung Podo Nonton.

Tapi menurut Wahyu, menyanyikan lagu-lagu gandrung sangat sulit. Sebab lagu ini menggunakan Bahas Osing. Sehingga membutuhkan cengkok suara berkualitas baik. Selain itu juga butuh penghayatan mendalam.

Untuk bisa mempelajari itu semua, Wahyu menceritakan, dia mencoba terus berlatih kepada Temu. Bahkan pernah ada kejadian menarik. Saat itu Temu diundang di acara resepsi pernikahan. Dan ke 15 pelajar ini juga ikut. Karena mereka ingin serius berlatih dan menyaksikan langsung aksi sang maestro.

"Teman-teman datang gak diundang di acara itu. Jadi tidak ngasih bowoh (sesuatu yang biasa diberikan pada yang punya hajat), tapi cuma habis-habisin makanan. Pulang minta suvenir lagi. Seru pokoknya," kata Wahyu sembari tersenyum geli mengenang kejadian tersebut.

Selanjutnya, usai dari Banyuwangi, 15 pelajar ini akan tampil di Yogyakarta pada 29 Juli mendatang. Mereka akan menampilkan hasil belajarnya selama di Banyuwangi. Termasuk Demikian hasil belajar dengan 9 maestro lainnya.

Sekadar tahu, Program Belajar Bersama Maestro 2016 ini diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Ada 150 pelajar yang dipilih mengikuti dan mempelajari beberapa kesenian. Ratusan pelajar ini, terbagi 15 anak yang wajib tinggal selama tujuh hari bersama masing-masing maestro seni. 10 orang maestro seni di Indonesia, yang dipilih seperti Nano Riantiarno, Sundari Soekotjo, dan lainnya.

(FF)
  1. Info Banyuwangi
  2. Seni dan Budaya
  3. Pendidikan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA