1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

3 Layanan publik di Banyuwangi dilombakan di Belanda

Program Pujasera dan SAKINA inovasi pelayanan publik di bidang kesehatan, sedangkan Lahir Procot Pulang Bawa Akta di bidang kependudukan.

Program Bayi Lahir Procot Pulang Bawa Akte . ©2017 Merdeka.com Reporter : Farah Fuadona | Jum'at, 24 Februari 2017 08:51

Merdeka.com, Banyuwangi - Tiga inovasi Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur, terpilih untuk mengikuti kompetisi inovasi pelayanan publik tingkat dunia yang digelar oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations Public Service Awards/UNPSA) 2017 di Den Hag Belanda. Ketiga inovasi tersebut adalah SAKINA, PUJASERA dan Bayi Lahir Procot Pulang Bawa Akte.

“Kami gembira 3 program inovasi pelayanan publik Banyuwangi dipercaya mewakili Indonesia pada kompetisi yang diselenggarakan oleh PBB. Kami berharap program-program tersebut bisa mendapatkan penilaian yang baik dan ikut mengharumkan nama negara,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Sebelumnya ketiga inovasi Pemkab Banyuwangi SAKINA, PUJASERA dan Bayi Lahir Procot Pulang Bawa Akte terpilih dalam kompetisi Top 35 Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) yang digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB). Program Pujasera dan SAKINA merupakan inovasi pelayanan publik di bidang kesehatan, sedangkan Lahir Procot Pulang Bawa Akta di bidang kependudukan.

Kepala Dinas Kesehatan, dr. Widji Lestariono mengatakan tiga program inovasi Banyuwangi tersebut akan berkompetisi bersama program layanan publik dari berbagai negara di Belanda pada 28 Februari mendatang. Pada kompetisi itu delegasi Indonesia dari Banyuwangi akan ikut memaparkan semua program yang dikompetisikan.

“Pemkab Banyuwangi akan mengirimkan delegasi ke Belanda bersama tim dari Kemenpan-RB untuk memaparkan program-program unggulan kita di sana,” ujar dokter yang akrab disapa Rio.

Ia menjelaskan ada tiga jenis kategori yang dilombakan dalam kompetisi inovasi pelayanan publik tersebut. Yakni yang pertama, kategori inovasi pelayanan publik yang menyentuh rakyat miskin dan pihak yang paling rentan melalui partisipasi dan layanan inklusi. Kedua, kategori pelayanan publik yang mendorong transparansi, akuntabilitas dan integritas. Ketiga, kategori inovasi dan keunggulan dalam menyediakan pelayanan kesehatan. Banyuwangi terpilih mewakili kategori ketiga.

Program Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) adalah program yang digagas oleh Puskesmas Sempu. Program ini terbukti ampuh, sebab dengan program tersebut angka kematian dapat dicegah. Program ini dilatar belakangi oleh angka kematian ibu dan anak di kawasan Sempu yang cukup tinggi saat proses persalinan. Misalnya pada tahun 2013, frekuensi yang meninggal dunia mencapai 12 orang, yang terdiri atas 9 anak dan 3 ibu. Menyikapi problem tersebut dibentuklah SAKINA, tepatnya 27 Januari 2014.

Menurut Rio, program ini melibatkan puluhan personil yang disebut Laskar Sakina. Menariknya, anggota Laskar Sakina tersebut tersebar di tiga desa yang ada di Kecamatan Sempu, yaitu Desa Sempu, Tegal Arum dan Jambewangi. Laskar Sakina melakukan pendataan di lapangan terhadap kesehatan ibu, terutama ibu hamil berisiko tinggi. Misalnya memiliki penyakit darah tinggi, usia ibu di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun.

Berdasarkan pendataan Laskar Sakina saat itu, jumlah ibu yang memiliki risiko tinggi ternyata cukup banyak. Terhitung sejak Januari hingga Juli 2014, ada 95 ibu yang memiliki risiko tinggi. Sebanyak 22 orang diantaranya sudah melahirkan dengan selamat berkat pendampingan Laskar Sakina. Salah satu manfaat pendampingan adalah setidaknya ibu bisa diprediksi kapan waktu melahirkannya, sehingga pihak puskesmas dan keluarga selalu siaga dalam memberikan bantuan persalinan.

Inovasi kedua, yakni PUJASERA merupakan inovasi Puskesmas Cluring yang mewujudkan masyarakat bebas buang air besar (BAB) di sembarang tempat alias Open Defecation Free/ODF. Sejak diluncurkan tahun 2014 hingga saat ini sudah terwujud 2 desa ODF. Jumlah kepemilikan jamban juga sudah menjadi 5.025 keluarga atau meningkat 386 persen dari sebelumnya yang hanya 1.034 warga.

“Kami ingin masyarakat Banyuwangi memiliki kualitas kesehatan yang baik. Caranya adalah menyentuh kesadaran mereka agar mau merubah kebiasaan yang kurang sehat seperti BAB sembarangan. Dan agar program ini berhasil, kami melibatkan banyak pihak, mulai tokoh masyarakat, tokoh agama hingga Satgas ODF yang berjumlah 50 orang,” kata Rio.

Sementara ‘Lahir Procot Pulang Bawa Akte‘ merupakan pelayanan inovasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam melayani pembuatan akte kelahiran bagi warga dalam waktu yang super cepat. Sejak 2013 sampai April 2015, lewat pelayanan ini sudah diterbitkan sebanyak 15. 675 lembar akte kelahiran.

Program ini adalah implementasi dari reformasi birokrasi di mana setiap pemerintah daerah dituntut untuk memberikan layanan publik yang cepat, murah, dan efisien. "Penerbitan akte ini gratis dan singkat," kata Rio.

Tempat persalinan yang akan melayani program ini adalah seluruh Puskesmas di Banyuwangi (45 buah), dua rumah sakit pemerintah, dan lima RS swasta yang telah bekerja sama dengan Pemkab Banyuwangi.

(FF/FF)
  1. Info Banyuwangi
  2. Pelayanan Publik
  3. Inovasi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA