1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Bupati Anas takziyah ke mediang ibu pengidap kanker di Pulau Santen

Sebulan sebelumnya Anas mengunjungi ibu Sulastri untuk membantu pengobatan kanker payudaranya.

Bupati Anas membaca Al Fatihah bagi mediang Sulastri. ©2017 Merdeka.com Reporter : Farah Fuadona | Selasa, 21 Februari 2017 21:35

Merdeka.com, Banyuwangi - Ibu Sulastri (35), warga Pulau Santen, Kelurahan Karangrejo, Banyuwangi yang pada pertengahan Januari lalu sempat dikunjungi oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas karena mengidap kanker payudara stadium empat itu, akhirnya meninggal dunia, Senin (20/2) siang. Mendengar kabar tersebut Bupati Anas menyempatkan diri bertakziyah ke rumah duka, Selasa (21/2) sore.

Dalam kesempatan takziyah tersebut, Bupati Anas menyampaikan rasa belasungkawanya kepada keluarga mendiang Sulastri. “Mari kita kirim Fatihah kepada almarhumah ibu Sulastri, semoga diampuni segala dosa-dosanya dan diberikan kelapangan alam kuburnya,” ajak Bupati Anas seraya memimpin bacaan surat Al-Fatihah dan tahlil di rumah duka.

Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, Sulastri sudah tak mampu bergerak saat menerima kunjungan Bupati Anas sebulan yang lalu (20/1). Ia mengidap kanker payudara yang telah akut. Berdasarkan pemeriksaan dari Dinas Kesehatan Banyuwangi, kanker yang diidapnya telah menjalar ke berbagai organ tubuhnya yang lain. Sehingga dengan kondisi demikian menyulitkan untuk bergerak.

Sulastri sendiri diketahui mengidap kanker payudara pada awal 2016. Saat itu, petugas kesehatan dari Puskesmas Kertosari yang melakukan pengecekan rutin kesehatan warga mengidentifikasi Sulastri mengidap kanker payudara. Lalu pihak Puskesmas langsung membantu untuk melakukan pengurusan administratif agar segera mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut.

Berdasarkan keterangan dari suaminya, Atwi, Sulastri langsung mendapatkan pelayanan kemoterapi sebanyak empat kali. Setelah dilakukan kemoterapi, kondisi Sulastri berangsur-angsur membaik, meski tak sepenuhnya kanker hilang dari tubuhnya. “Dokter menyuruh melakukan kemoterapi sebanyak enam kali, tapi baru bisa empat kali,” ujar Atwi saat itu menjelaskan kalau semua biaya kemoterapinya ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

Namun tak diduga di tengah proses medis tersebut, Sulastri hamil. Dalam kondisi hamil dan mengidap penyakit yang cukup ganas tersebut, pihak Puskesmas Kertosari terus melakukan pedampingan hingga melahirkan seorang putra bernama Muhammad Alfatih Yandra dengan selamat. Akan tetapi pasca proses melahirkan tersebut, kondisi Sulastri tiba-tiba menurun. Kondisi tersebut diperparah ketika Sulastri terjatuh saat berada di kediamannya. Semenjak itulah, tubuh Sulastri merasa sakit untuk digerakkan.

Saat berkunjung pada waktu itu, Bupati Anas membujuk Sulastri untuk kembali dirawat di rumah sakit. Akan tetapi, Sulastri menolak karena sudah tidak kuat tubuhnya untuk digerakkan dan dipindahkan ke kendaraan guna dibawa ke rumah sakit. Sebagai solusi Bupati Anas memerintahkan Dinas Kesehatan Banyuwangi untuk memberikan perawatan langsung terhadapnya.

“Kita perintahkan Pak Camat dan Dinas Kesehatan untuk melakukan pedampingan intensif. Selambatnya, tiap tiga hari sekali harus diperiksa kondisinya. Kebutuhan nutrisinya dan bantuan oksigen untuk pernapasannya bisa dicukupi,” jelas Anas saat itu. Perawatan oleh Dinas Kesehatan Banyuwangi tersebut terus diberikan kepada Sulastri hingga ajal menjemputnya.

Saat Bupati Anas berpamitan untuk pulang, terbersit sepenggal kata dari Atwi, “Keso’on, Pak,” ungkapnya. Ia mengucapkan terima kasih dalam bahasa Madura kepada Bupati Anas atas perhatiannya.

(FF/FF)
  1. Kabar duka
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA