1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Inovasi Pemkab Banyuwangi masuk nominator pelayanan publik terbaik

Salah satunya ialah di bidang kesehatan, yakni inovasi Pujasera.

©2016 Merdeka.com Reporter : Mochammad Andriansyah | Selasa, 08 Maret 2016 11:41

Merdeka.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus membuat sejumlah inovasi. Beberapa di antara inovasi itu masuk dalam jajaran terbaik versi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB).

Salah satunya ialah di bidang kesehatan, yakni inovasi Pujasera (Pergunakan Jamban Sehat, Rakyat Aman). Program itu jadi nominator layanan publik terbaik 2016 yang kini memasuki tahap penilaian akhir.

"Pujasera menjadi salah satu inovasi pelayanan publik terbaik di Kemenpan-RB. Ini untuk kesekian kalinya inovasi dari Banyuwangi masuk dalam jajaran terbaik nasional. Tentu ini menjadi pemacu semangat bagi kami untuk meningkatkan kualitas inovasi layanan," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Tim independen dari Kemenpan RB yang beranggotakan JB Kristiadi, Eko Prasojo, Siti Zuhro, dan Wawan Sobari telah menguji layanan Pujasera tersebut.

Pujasera adalah inovasi yang dijalankan Puskesmas Tampo, Banyuwangi. Inovasi ini adalah gerakan bebas buang air besar (BAB) di sembarang tempat alias Open Defecation Free/ODF. Yang menjadi subyek gerakan ini adalah masyarakat desa di wilayah Puskesmas Tampo, di mana sebagian warga di wilayah selatan Banyuwangi itu masih memiliki kebiasaan BAB di sungai.

Anas menambahkan, sejumlah warga diketahui masih BAB di sungai, namun bukan berarti persoalan ekonomi, tapi karena faktor kebiasaan. "Ada yang punya ternak banyak, artinya secara ekonomi relatif mencukupi, tapi tetap BAB di sungai karena kalau di jamban justru bagi mereka tidak nyaman. Oleh karena itu, pendekatannya terintegrasi. Ada peran tokoh agama, ada aspek kesehatan, dan ada intervensi ekonomi bagi warga yang kurang mampu membikin jamban sendiri," tambahnya.

Dirinya juga mewajibkan setiap 45 unit Puskesmas yang ada untuk membuat inovasi berdasarkan karakteristik permasalahan yang dihadapi. Begitu berhasil, inovasi itu dapat diterapkan ke Puskesmas di daerah lainnya.

Sejumlah inovasi lain di antaranya programApresiasi Ibu Cerdas Peduli Imunisasi (Air Limun) danStop Angka Kematian Ibu dan Bayi (Sakti). Hasilnya, angka kematian bayi per 1.000 kelahiran berhasil dari 9,31 (2012) menjadi 6 (2014), berhasil melampaui target MDGs untuk Banyuwangi yang sebesar 23. Adapun angka kematian Ibu juga menurun drastis dari 142 menjadi 93, berhasil melampaui target MDGs sebesar 102.

"Itu untuk tahun 2014. Tahun 2015 masih didata, yang pasti untuk indikator kematian Ibu dan bayi semakin menurun dari tahun 2014," katanya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Tampo Tatiek Setyaningsih menyampaikan, inovasi itu dijalankan dengan sejumlah program. Pertama, kampanye ODF secara masif yang melibatkan tokoh masyarakat, agama, dan Satgas ODF. Pihaknya juga membentuk komunitas kader Pujasera yang kini mencapai 50 orang dan siap siaga membantu warga untuk mengetahui secara rinci manfaat program itu.

Program selanjutnya ialah dengan gerakan membongkar jamban di sungai, di mana dalam aksi ini kader Pujasera menancapkan pengumuman berisikan ajakan menggunakan jamban sehat.

Terakhir, mereka memberikan pinjaman dengan bunga lunak untuk bekerjasama dengan program pemerintah lainnya yang melibatkan penyedia bahan bangunan. Di dusun wilayah itu juga sudah dibentuk 'Arisan Jamban' yang diikuti warga kurang mampu. Setiap bulannya mereka arisan diundi.

"Setelah itu, warga dan kader Pujasera bersama-sama membangunkan jamban untuk warga kurang mampu tersebut. Juga ada intervensi pemerintah dalam bentuk bantuan untuk melengkapinya," jelasnya.

Hasilnya, di wilayah Puskesmas Tampo terwujud 2 desa ODF dari empat desa. Sebelumnya, hanya ada 1.034 keluarga yang memiliki jamban, kini bertambah menjadi 5.025 keluarga atau meningkat 386 persen.

"Tahun ini juga empat desa di Puskesmas Tampo bisa ODF semuanya. Semua keluarga akan memiliki jamban pribadi," jelasnya.

Alumnus Magister Manajemen Kesehatan Universitas Brawijaya itu juga mengungkapkan, angka masyarakat yang sakit akibat penyakit lingkungan buruk terus menurun. Jika sebelumnya mencapai 35 persen di tahun 2013 kini hanya 18 persen pada tahun 2015. Penyakit diare dari 28,2 persen menjadi 12 persen. Lalu Typoid dari 8,7 persen menjadi 38 persen, DHF dari 0,25 persen menjadi 0,10 persen, Influenza dari 10,3 persen menjadi 8,5 persen.

(MH/MA)
  1. Info Kota
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA