1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Membedah sejarah perkembangan batik pesisiran khas Banyuwangi

Batik Banyuwangi memiliki ciri berbeda dengan daerah barat Pulau Jawa.

Batik Banyuwangi. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mochammad Andriansyah | Jum'at, 30 September 2016 15:07

Merdeka.com, Banyuwangi - Pemkab Banyuwangi akan menggelar Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2016 di Taman Blambangan pada 9 Oktober mendatang. Acara yang menjadi rangkaian Banyuwangi Festival (B-Fest) ini, bertujuan untuk melestarikan warisan nenek moyang Bangsa Indonesia dan menjadikan batik sebagai ciri budaya lokal untuk generasi muda.
 
Menurut Kepala Dinas Perindutrian, Perdagangan dan Pertambangan (Disperindagtam) Hary Cahyo Purnomo, batik di Tanah Air sudah berkembang sejak ratusan tahun silam, sejak zaman raja-raja. Saat Kerajaan Majapahit masih berkuasa, batik menjadi ciri khas pakaian pribumi. Batik Nusantara memiliki corak dan ciri khas berbeda di masing-masing wilayah. Namun tetap satu nafas, yaitu batik pesisir.  
 
Batik pesisir Banyuwangi misalnya. Sekitar Abad 15, tatkala wilayah timur Majapahit ini masih dikuasai Kerajaan Blambangan, pakaian dengan sentuhan-sentuhan batik warna alam sudah mulai dikenal.
 
Batik Banyuwangi memiliki ciri berbeda dengan daerah barat Pulau Jawa. Batik di Tanah Osing ini adalah Gajah Oling, yang merupakan bentuk dari ujung tombak milik prajurit Blambangan. Gajang Oling sendiri, memiliki makna pengingat (oling/pangiling-iling) atas kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
 
Kemudian dalam perkembangannya batik di Banyuwangi tidak hanya bercorak Gajah Oling. Tapi ada juga Kangkung Stingkes, Paras Gempal dan Sekar Jagad Blambangan. Hingga saat ini sudah ada sekitar 62 jenis batik di Tanah Blambangan ini.
 
“Batik di Indonesia, termasuk Banyuwangi masuk kategori batik pesisiran. Kemudian dalam perkembangannya, batik pesisiran ini (proses pembuatannya) termasuk coraknya sesuai apa yang dilihat, dirasa dan didengar,” kata Hary, Jumat (30/9).  
 
Hary mencontohkan, proses pembuatan batik di zaman dulu masih menggunakan pewarna alam banyak memafaatkan potensi lokal. “Coraknya bisa buah, bisa hewan dan bisa juga destinasi wistanya. Tapi tetap dalam koridor batik pesisiran,” katanya.
 
“Asal mula batik ada di Banyuwangi itu ada di Temenggungan (sekitar Pendopo Sabha Swagata Blambangan). Pembelinya para tuan tanah dari Desa Kemiren dan Kenjo yang ada di Kecamatan Licin. Karena di dua daerah ini banyak sekali tuan tanah dan hanya merekalah yang sanggup membeli batik, waktu itu seharga satu ekor sapi induk,” kata Hary.
 
Untuk melestarikan batik sebagai warisan budaya, Pemkab Banyuwangi kembali menggelar BBF yang kali keempat. Setelah di Tahun 2013 lalu mengangkat tema Gajah Oling, kemudian Kangkung Stingkes (2014) dan Paras Gempal (2015), di tahun ini BBF mengangkat tema Sekar Jagad Blambangan, yang akan dimeriahkan Putri Indonesia Kezia Roslin Cikita W, Intan Alitrino dan Belda Amelia (Putri Pariwisata), serta artis ibu kota; Denada Tambunan dan Danang.

 

(FF/MA)
  1. Info Banyuwangi
  2. Festival Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA