1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Meriahnya Festival Padi di Banyuwangi

Festival padi ini diawali dengan ritual tiris, yaitu tradisi petani di Sumbergondo sebelum melakukan prosesi tanam padi.

Festival Padi di Banyuwangi. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mochammad Andriansyah | Rabu, 20 Juli 2016 10:49

Merdeka.com, Banyuwangi - Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar festival agraris di Desa Sumbergondo, Kecamatan Glenmore, Rabu pagi (20/7). Festival Padi yang kali pertama di Tanah Air ini‎ digelar, bertujuan untuk mengangkat tradisi lokal warga Bumi Blambangan, sebagai subkultur Jawa.

Dalam festival yang dibuka sekitar pukul 09.00 WIB ini, Bupati Abdullah Azwar Anas akan ikut nyingkal (bajak sawah). Sebelum acara digelar, festival dibuka terlebih dulu dengan Tari Gandrung dan tari khas Banyuwangi lainnya.

Usai gelar tari, Bupati Anas menyempatkan diri memberi santunan kepada beberapa kaum dhuafa. Dilanjutkan dengan launching G Raft atau Glenmore Rafting.

Bupati Anas menyempatkan waktu menyapa warga di sela penyelenggaraan Festival Padi
© 2016 merdeka.com/Mochammad Andriansyah

Acara ini sendiri, dihadiri ribuan warga Banyuwangi, termasuk anak-anak sekolah. Beberapa pedagang makanan, juga tampak berpartisipasi mengenalkan makanan khas Glenmor, salah satunya lontong campur, bakpia dan tape yang terkenal lezat.

Dalam sambutannya, dihadapan warga dan forum pimpinan daerah (Forpimda) setempat, Bupati Anas menyampaikan dalam siklus perputaran ekonomi, warga desa, khususnya petani ikut memiliki peran penting.

"Pertanian sangat penting. Maka dari itu, festival ini kita gelar sebagai penghormatan pemerintah daerah terhadap warga desa," kata Anas.

Sementara dalam festival ini sendiri, akan dipertontonkan ritual tradisional menanam padi yang sangat menarik di Banyuwangi sisi selatan. "Festival ini, juga sebagai upaya menghidupkan budaya agraris tanam padi tradisional masyarakat Indonesia di tengah modernisasi pertanian," lanjutnya.

Sehingga, festival ini akan mengingatkan masyarakat, khususnya kaum muda jika bangsa ini memiliki tradisi cocok tanam yang sarat makna filosofinya.

Anas juga menyebut, festival ini juga sebagai ajang konsolidasi berbagai sektor. Festival ini akan melibatkan banyak pihak, mulai dari pelaku di sektor pertanian, ketahanan pangan, bidang pengairan, hingga sektor pariwisata yang bisa memberikan nilai tambah pada bidang pertanian ini.

"Selain itu, lewat festival ini kami ingin menumbuhkan kebanggan terhadap profesi petani, yang dampaknya bisa menumbuhkan kebanggaan warga akan desanya. Petani generasi muda juga bisa bangga akan profesinya. Profesi petani sama berharganya dengan profesi-profesi lain," ujarnya.

Festival padi ini diawali dengan ritual tiris, yaitu tradisi petani di Sumbergondo sebelum melakukan prosesi tanam padi. Dikatakan sesepuh Desa Sumbergondo, Mbah Sanusi tradisi ini dimulai dengan ritual selamatan yang menyertakan tiga jenis tumpeng. Yakni tumpeng gunung, bucung, dan kunir.

Tiga jenis itu, kata Mbah Sanusi, mengandung filosofi, bahwa hakekat hidup harus jujur danl urus. Ini disombolkan dengan tumpeng gunung dan bucung. Sedangkan sego kunir yang diikat janur kuning, maknanya manusia harus ingat kejadian asal mulanya dari nur, yang identik warna kuning.

Selain tumpeng, dalam selamatan ini juga dilengkapi sesaji yang ditaruh dalam wadah daun pisang atau yang lazim disebut dengan cok bakal, yang artinya mengawali. Cok bakal ini berisi aneka macam sumber pangan manusia. Di antaranya kacang,  telur, yang dilengkapi kembang tiga warna.

Antusias warga saat menyaksikan Festival Padi Banyuwangi
© 2016 merdeka.com/Mochammad Andriansyah

"Setiap selamatan tanam padi, petani wajib menyertakan cok bakal ini. Konon menurut cerita leluhur, ritual ini harus dilakukan agar panen melimpah ruah, tidak diganggu apapun sehingga bisa mendatangkan kemakmuran bagi warga desa" ujar Mbah Sanusi.

Sebelum dimakan bareng, tumpeng didoakan oleh sesepuh desa. "Usai makan tumpeng bersama, tanam padi baru dimulai," kata Mbah Sanusi.

Usai kenduri, 340 petani yang terlibat dalam festival ini akan mulai ritual bercocok tanam di lahan 20 hektar, yang terbagi di tiga sawah berbeda. Mereka masing-masing akan menampilkan tiga tahapan bercocok tanam padi dengan sangat tradisional, yakni menggunakan sapi untuk membajak sawah dan menggunakan tangan saat menanam padi dengan cara berjalan mundur.

Mereka ada yang nyingkal, meratakan tanah (ndaru), dan menanam padi. Akan ada 20 pasang kerbau yang siap beratraksi membajak sawah.

(FF/MA)
  1. Info Banyuwangi
  2. Festival Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA