1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Tingkatkan ekonomi keluarga, ibu-ibu rumah tangga belajar usaha

"Keterampilan yang didapatkan dari sini harus mereka terapkan untuk membuka usaha sendiri di rumahnya," ujar Camat Srono, Gatot Suryono.

Ibu-ibu rumah tangga belajar usaha. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Selasa, 28 Februari 2017 16:51

Merdeka.com, Banyuwangi - Program pemberdayaan masyarakat, khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga menjadi salah satu langkah Pemkab Banyuwangi untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Ibu-ibu rumah tangga didorong agar mampu berwirausaha untuk membantu perekonomian keluarganya.

Seperti yang dilakukan di Kecamatan Srono. Mendorong ibu-ibu dari rumah tangga miskin (RTM) agar bisa mandiri dan mampu berwirausaha, kecamatan ini melaunching sebuah klinik khusus pemberdayaan perempuan. Klinik tersebut diberi nama Rumah Belajar Usaha (RBU). Di sini, ibu-ibu RTM dilatih berbagai keterampilan, mulai dari memasak, packaging produk, penyajian makanan, hingga belajar manajemen keuangan. Bagaimana keuntungan dari penjualan dibagi untuk kebutuhan rumah tangga, saving, dan modal usaha.

"Keterampilan yang didapatkan dari sini harus mereka terapkan untuk membuka usaha sendiri di rumahnya. Lumayan, daripada menganggur di rumah tidak mendapat apa-apa. Mereka bisa membuka usaha untuk menambah penghasilan keluarga," ujar Camat Srono, Gatot Suryono.

Seperti yang terlihat, Selasa siang (28/2), sebanyak 48 ibu rumah tangga mengikuti pelatihan yang digelar di halaman kantor camat Srono. Mereka dilatih menyangrai kopi yang tepat, membuat kue cucur gula merah, singkong cryspi, dan pisang goreng spesial.

Ibu-ibu ini terlihat asyik menyimak dan mempraktikkan setiap resep yang diberikan para pelatih. Salah satu peserta, Yayuk Herdianti (40), warga Desa Bagorejo, mengaku menikmati pelatihan yang diikutinya dari awal hingga selesai.

"Senang sekali ada pelatihan seperti ini. Saya dapat ilmu baru memasak dan membuat kue yang higienis dan sehat. Bisa saya terapkan untuk buka usaha di rumah. Itung-itung membantu suami," ujar istri pedagang pakan ternak ini.

Pelatihan ini melibatkan Tim Penggerak PKK Kecamatan dan sejumlah SMK boga di wilayah tersebut. Ibu-ibu PKK berperan sebagai trainer (pelatih) sedangkan tim SMK sebagai pencipta kreasi menu.

Setelah mendapatkan pelatihan, ibu-ibu diberi kesempatan untuk magang (praktik berdagang) di RBU. Di warung sederhana berarsitektur rumah khas Suku Osing ini, mereka bisa menjajakan produk makanan/ minuman yang mereka buat dari resep yang didapatkan saat pelatihan, maupun makanan hasil kreasinya sendiri. Syaratnya, harus higienis dan bergizi.

"Mereka magang satu bulan penuh dari pukul 07.00 -21.00 WIB. Sekali magang, ada empat orang," terang Gatot.

Ditambahkan Gatot, kecamatan menanggung seluruh biaya operasional yang dibutuhkan peserta selama satu bulan magang. Keuntungannya, seluruhnya bagi peserta. Dia mencontohkan, dalam empat hari setelah dilaunching pada 22 Februari lalu, keuntungan yang bisa diraup sebesar Rp. 250 ribu. Sehingga jika dirata-rata, warung ini berpotensi mendapat keuntungan Rp. 3 juta per bulan.

Setelah satu bulan, empat ibu RTM akan digantikan oleh empat orang berikutnya dari desa yang lain. Sehingga dalam satu tahun, terdapat 48 ibu RTM yang terlibat. "Untuk permulaan, target kami dalam setahun bisa mengentaskan 48 rumah tangga miskin," ujar dia.

Ibu RTM yang telah menyelesaikan pelatihan dan magang di RBU, akan diberikan modal untuk memulai usaha di rumahnya. Modal ini berasal dari Dana Desa (DD) untuk program pemberdayaan masyarakat.

"Kami akan berikan Rp 1 juta untuk tambahan modal usaha. Kami dorong agar semuanya bisa mandiri dan membuka usaha baru dengan dana ini. Untuk memastikan hal tersebut, kami tugaskan petugas khusus yang memantau perkembangan di lapangan," kata mantan Kabag Pembangunan ini.

Setelah berjalan, apabila ibu RTM membutuhkan modal tambahan, pihak kecamatan akan mendorong Kredit Usaha Rakyat (KUR), untuk masuk membantu usaha mereka. ‎

Dengan menginisiasi pendirian RBU di tingkat kecamatan, Gatot berharap, desa juga melakukan hal serupa di kantor-kantor desa masing-masing. Saat ini telah terdapat empat desa yang akan meniru jejak Kecamatan Srono.

"Menurut saya, implementasi program smart kampung tidak hanya pelayanan publik yang prima, tapi di dalamnya juga ada aktivitas ekonomi di desa. Ini adalah salah satu aktivitasnya," katanya.

Di Srono, terdapat 10 desa. Apabila seluruhnya melakukan hal serupa, berarti terdapat 480 ibu rumah tangga yang bisa dilatih untuk membantu perekonomian keluarga. "Tidak harus membuka warung, bisa jenis usaha lainnya. Apalagi di Srono ini terdapat banyak UMKM seperti olahan limbah kayu, kulit, marmer, dan banyak lainnya," ujarnya.

(MT/MUA)
  1. Info Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA