1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Uniknya pedagang sayur di sini dari berjualan hingga pemburu ibu hamil

Mereka adalah pedagang sayur yang bertugas mencari ibu hamil dengan risiko kehamilan yang tinggi.

Laskar Bumil Resti. ©2016 Merdeka.com Editor : Farah Fuadona | Jum'at, 23 Desember 2016 14:35

Merdeka.com, Banyuwangi - Para mlijo (tukang sayur) di kecamatan Sempu, Banyuwangi, kini tidak sekedar menjajakan sayur, namun juga menjadi agen kesehatan. Mereka menjadi laskar Bumil Resti, pemburu ibu hamil beresiko tinggi.

Kepala Puskesmas Sempu, Hadi Kusairi menjelaskan saat ini terdapat 10 ibu pedagang sayur keliling (mlijo). Mereka tersebar di tiga desa yang menjadi pemburu bumil resti. Tugasnya mencari, menemukan dan melaporkan ibu hamil baru dengan risiko tinggi di wilayah mereka berjualan.

“Tim pemburu ini sengaja kita bentuk untuk mengoptimalkan pencarian Bumil Resti hingga ke pelosok kampung. Hal ini penting karena banyak kasus tingginya kematian ibu dan bayi disebabkan oleh kehamilan yang beresiko. Sangat membantu kerja pengawasan kami,” kata Hadi.

Ibu hamil yang berisiko tinggi ini adalah para ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun. Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dengan persalinan pertama operasi, memiliki riwayat hipertensi dan tinggi badannya kurang dari 150 centimeter.

Dipilihnya para mlijo sebagai agen pemburu, karena mereka dianggap memiliki jangkauan yang luas hingga ke desa-desa. Mereka juga biasa berinteraksi langsung dengan masyarakat. “Mereka ini kan intens sekali komunikasinya dengan para ibu sehingga lebih mudah masuk. Mereka sebelumnya juga telah kami bekali pengetahuan seputar kriteria ibu hamil dengan resiko tinggi. Serta bagaimana pendekatan komunikasinya agar lebih luwes,” ujar Hadi.

Untuk menjalankan tugas tersebut, setiap mlijo dibekali fasilitas dari Puskesmas berupa keranjang dagangan yang ditempeli banner bertuliskan 13 kriteria Bumil Resti. Mereka juga mendapatkan sepatu boot, rompi, pulsa dan smartphone untuk mengirim informasi saat menemukan ibu hamil berisiko.

Cara kerja mereka, jelas Hari, jika mendapati ibu hamil beresiko langsung dipotret dan dikirim kepada petugas puskesmas, disertai data alamat dan nama suami via grup WhatsApp. Begitu laporan masuk, bidan di wilayah bumil tersebut akan turun untuk memeriksa kondisinya.

"Jika dari pemeriksaan bidan masuk kategori Bumil Resti, yang bersangkutan akan segera didampingi hingga lepas masa nifasnya,” ujar dia.

Selanjutnya, para bumil ini mendapatkan pendampingan intensif dari bidan wilayah dan laskar sakina. Laskar sakina adalah relawan yang terdiri dari unsur guru, pemuka agama dan kader Posyandu. "Mereka juga dijadwalkan konsultasi rutin dengan dokter spesialis dan bila perlu dirujuk melahirkan di rumah sakit," kata Hadi.

Salah satu mlijo, Siti Dalilah, mengatakan sangat beruntung terpilih sebagai agen pemburu Bumil Resti. Dia merasa hari-harinya lebih bermanfaat karena bisa membantu orang lain, meskipun awalnya sempat ragu untuk menjalankan tugasnya itu.

“Banyak manfaatnya menjadi pemburu Bumil Resti. Saya jadi tambah pengetahuan tentang kriteria kehamilan berisiko. Selain bisa ngasih tahu orang lain, juga bisa buat jaga-jaga diri sendiri,” kata ibu yang biasa menjajakan sayurannya di Dusun Parastembok ini.

Siti pun menceritakan pengalamannya selama menjadi agen pemburu Bumil Resti. “Kadang gampang kadang susah, tergantung mood ibu hamilnya. Kadang ada yang marah pas kita mencoba mendekatinya, akhirnya malah gak jadi belanja. Ini biasanya kalau ibu itu usianya sudah banyak, mungkin malu kali ya? Jadi kita harus tahu kondisi orangnya juga, baru kita coba dekati,” ujarnya.

Begitu halnya dengan Bu Ira, penjaja sayur di Dusun Sumberwadung, Sempu. Sejak menjadi pemburu, dia berhasil menemukan dua ibu hamil risiko tinggi karena jarak usia kehamilan pertama dan kedua terlalu jauh dan satunya terlalu dekat. "Alhamdulilah, selama kehamilan dan persalinan mereka lancar," kata Ira.

Sejak diluncurkan awal tahun 2016 lalu, para pemburu bumil resti ini berhasil mendapatkan tujuh kasus Bumil Risti. "Dengan pendampingan intensif, ketujuh Bumil Resti ini berhasil melewati kehamilannya dengan selamat," ujar Hadi.

Kabupaten Banyuwangi sendiri pada tahun 2015, kasus angka kematian ibu (AKI) mencapai 23 orang dan angka kematian bayi (AKB) 163 orang. Di Kecamatan Sempu sendiri, pada 2013 AKI (7 ibu) AKB (18 anak), 2014 AKI (5 ibu) AKB, (11 anak) dan 2015 zero alias tidak ada kasus AKI dan AKB.


(FF)
  1. Info Banyuwangi
  2. Smart Kampung
  3. Layanan Kesehatan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA