1. BANYUWANGI
  2. KULINER

Ada kisah patriotisme di balik kuliner sego lemeng Desa Banjar

Tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan secara pasti kapan masyarakat mulai mengonsumsi sego lemeng.

Sego lemeng. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Selasa, 23 Agustus 2016 14:21

Merdeka.com, Banyuwangi - Ada sepenggal kisah heroik dibalik gurihnya sego atau nasi lemeng bagi warga Desa Banjar, Kecamatan Licin, Banyuwangi. Pada masa masyarakat Banyuwangi sedang melakukan perlawanan terhadap penjajahan Kolonial Belanda, nasi lemeng ternyata menjadi kuliner untuk para gerilyawan.

Cerita yang berkembang secara turun temurun ini dikisahkan oleh Nurhariri, Kepala Desa Banjar kepada Merdeka Banyuwangi, Sabtu, (20/8). "Ceritanya memang rakyat sini dulu berjuang agar merdeka. Saat berjuang melawan Belanda, lari ke hutan, nah di sana bikin nasi lemeng untuk bertahan hidup," ujar Nurhariri.

Namun menurut Nurhariri, tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan secara pasti kapan masyarakat mulai mengonsumsi sego lemeng. Mungkin saja itu terjadi saat perang Puputan Bayu melawan dominasi VOC pada tahun 1771. Bisa juga saat agresi militer Belanda I, II pada tahun 1947 sampai 1949-an.
Tapi yang jelas, Desa Banjar masih menyimpan potret kebiasaan mengonsumsi kuliner gerilya, yakni sego lemeng.

Cara memasak sego lemeng masih sangat sederhana
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

Yuliati salah satu warga Desa Banjar yang masih mewarisi cara memasak sego lemeng mengatakan, cara memasak kuliner ini sangat sederhana. Pertama nasi yang sudah ditanak dengan campuran santan dan bumbu rempah dikemas dengan daun pisang menyerupai lontong. Di dalamnya masih diberi tambahan irisan ikan ayam, tempe atau ikan laut. "Terus dimasukkan ke bambu dan di bakar," ujarnya di tengah acara Fetival Sego Lemeng.

Bambu yang digunakan terlihat masih basah atau berwarna hijau. Sehingga bisa bertahan cukup lama untuk memasak sego lemeng. Setelah permukaan bambu mulai menghitam, satu per satu dari bambu tersebut di angkat untuk dibelah. Menandakan sego lemeng sudah siap dikonsumsi.

Yuliati mengatakan, keunggulan Sego Lemeng ini memang bisa bertahan sampai tiga hari. Sehingga cocok untuk warga yang mau mendaki gunung. Apalagi bisa dimasukkan ke dalam saku, sehingga mudah membawanya. "Sego lemeng bisa gak basi sampai tiga hari. Lemeng itu artinya biar perut menjadi tenang kenyang, biar talep. Biar lemang," tuturnya.

(FF/MUA)
  1. Info Banyuwangi
  2. kuliner
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA