1. BANYUWANGI
  2. PROFIL

Mengenal Andika, guide Banyuwangi dengan segudang pengalaman

Pengalamannya yang paling berat selama menjadi guide, adalah ketika ia mendapat tamu asal Prancis yang tidak bisa berbahasa Inggris.

Andika Rahmat Hidayat saat bersama turis asing. ©2016 Merdeka.com Reporter : Suci Rachmaningtyas | Selasa, 30 Agustus 2016 16:19

Merdeka.com, Banyuwangi - Selama empat tahun, Andika Rahmat Hidayat (30) turut memajukan perkembangan pariwisata Banyuwangi. Berprofesi sebagai guide, Andika mengaku merasa senang memperkenalkan ragam wisata dan budaya di Banyuwangi maupun Indonesia.

Pertama kali mengenal dunia pariwisata, laki-laki kelahiran Banyuwangi tersebut diajak oleh rekannya untuk menjadi seorang guide di salah satu resort di daerah Kawah Ijen. Pada tahun 2012 tersebut, Ia hanya berbekal bahasa asing yang minim.

Andika mengaku belajar bahasa asing (Inggris) sacara otodidak. Ia senang mendengarkan musik-musik slow rock seperti Band Bonjovi dan Scorpion, menonton film dan channel televisi asing. Berjalannya waktu, ia pun belajar bahasa asing lain seperti Bahasa Perancis, Belanda dan Jerman.

Pada 2013 Andika menjadi guide Banyuwangi pertama yang membawa tamu mancanegara sebanyak 15 orang. Ia naik bis dari kecamatan Kalibaru, Banyuwangi menuju ke Ubud, Bali.

"Semuanya orang Belanda, yang bisa Bahasa Inggris cuma 1 orang. Waktu itu keringatan. Cuma karena waktu itu pas agustusan, jadi ada topik menjelaskan tentang umbul-umbul bendera 17-an di sepanjang jalan. Mengurangi rasa nervous," ujar Andika mengingat perjalanan karirnya.

Pengalamannya yang paling berat selama menjadi guide, adalah ketika ia mendapat tamu asal Prancis yang tidak bisa berbahasa Inggris  atau membawa tamu yang cenderung pendiam dan tidak suka diajak bercanda.

"Paling enggak kita harus tahu tentang psikologi tamu. Kita ajak bicara sedikit demi sedikit. Apa sih yang dia sukai. Kalau dia tidak terlalu merespon tentang masalah sosial, alihkan ke topik lain. Misal tentang mystical. Kalau tertarik, hajar terus wes. Di sini cerita hantunya seperti ini itu," ujar Andika bersemangat.

Pemuda asli kelurahan Cungking Banyuwangi tersebut memang tak sempat lulus Sekolah Menengah Pertama. Ia pun pernah bekerja menjadi kuli bangunan, pelepas burung dara saat lomba, pegawai bengkel dan pengopen roti. Namun semangatnya belajar dari nilai-nilai kehidupan membuatnya tak berkecil hati dalam membawa tamu-tamu asing dari berbagi negara.

"Pernah bawa tamu asal Perancis keturunan Aljazair yang beragama Islam. Awal bertemu kagok ya. Tapi mereka suka musik hip hop, tak ikuti caranya bermusik. Akhirnya bisa bercanda, keadaan mencair. Di HP ku kan ada surah Ar Rahman kan, tak dengerin ke dia. Wih dia seneng. Pas di Banyuwangi tak ajak ke Masjid Agung. Dia langsung nangis melihat Al-Quran besar. Sampai akhirnya mengantarkan ke Bali, waktu pisah itu dia sampai menangis. Dia pengen tetep ditemenin pas keliling Bali. Tapi kan nggak bisa," kenangnya haru.

(FF/SR)
  1. profil
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA