1. BANYUWANGI
  2. SENI DAN BUDAYA

Menengok rumah-rumah tua Suku Using di Temenggungan

"Sekarang Temenggungan jadi desa wisata. Ya Alhamdulillah rumah tuanya masih ada. Sekarang tinggal 30 persenan, semua masih terjaga," kata Eko.

Rumah Tua Suku Using. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Minggu, 19 Februari 2017 11:30

Merdeka.com, Banyuwangi - Arsitektur rumah-rumah tua yang sudah berusia ratusan tahun masih terawat di Kelurahan Temenggungan, Kabupaten Banyuwangi.

Lokasinya yang berada di pusat Kota Banyuwangi, bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengenal bangunan kuno khas era Kerajaan Blambangan tersebut.

Eko Rastiko, Ketua Pokdarwis Kampong Wisata Temenggungan menjelaskan, dari 700 rumah Kepala Keluarga (KK), saat ini masih ada sekitar 30 persen bangunan tua yang masih ditempati.

"Sekarang Temenggungan jadi desa wisata. Ya Alhamdulillah rumah tuanya masih ada. Sekarang tinggal 30 persenan, dan semua masih terjaga," kata Eko sambil menemani keliling melihat rumah kuno, Sabtu (18/2).

Arsitektur rumah masyarakat di era kerajaan Blambangan yang sekarang dikenal rumah adat Suku Using, itu memiliki ciri khas tersendiri. Semua bahan kayu untuk kerangka rumah didesain bisa dibongkar pasang. Tanpa menggunakan paku yang mengikat permanen.

"Dulu saat ada acara hajatan, rumah bagian depan ini bisa dibongkar sementara untuk empera (halaman). Kalau acara selesai ya dipasang lagi," ujar Busono, (60) salah satu warga yang tinggal di Rumah Using.

Tradisi tersebut, memang sesuai dengan konstruksi rumah yang bisa dibongkar pasang dengan kerangka kayu dan dinding anyaman bambu.

Meski demikian, ada beberapa rumah yang permanen dengan tembok. Diperkirakan warisan rumah milik pejabat kolonial untuk membedakan strata sosial era kekuasaan Kolonial Belanda.

Sedangkan rumah Using sendiri, juga memiliki ciri desain memanjang. Mulai ruang tamu, ruang keluarga sampai dapur dibuat lurus memanjang.

"Kalau yang ini rumah milik Lurah pertama di Temenggungan, namanya Joyo Alap-alap yang menjabat era tahun 1800-an. Ini panjangnya ke belakang sampai 50 meter," kata Eko, saat berkunjung ke rumah kuno yang lainnya.

Bagian kisi-kisi yang ada di pintu rumah, juga memiliki ciri khas ukiran. Beberapa juga menggunakan gambar matahari sebagai simbol Kerajaan Majapahit yang pernah menguasai Blambangan.

"Dulu sini namanya alas Tirto Gondo. Simbol ini bisa jadi bukti kejayaan era Kerajaan Blambangan," ujar dia.

Eko melanjutkan, di Temenggungan juga masih terdapat rumah Kanjeng Raden Temenggung Pringgokusumo, Bupati ke lima Banyuwangi periode (1867-1881). Saat ini rumah tersebut juga masih dirawat dan ditempati oleh keturunannya.

"Jadi rumah-rumah kuno di sini masih dirawat dan dilestarikan oleh warga," ujarnya.

(MT/MUA)
  1. Seni dan Budaya
  2. Wisata Sejarah
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA