1. BANYUWANGI
  2. PARIWISATA

Mengenal sejarah Kali Lo Banyuwangi

Sungai ini kini disulap menjadi tempat wisata. Banyak orang selfie di tempat ini.

©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Kamis, 29 Juni 2017 15:09

Merdeka.com, Banyuwangi - Sejak 2016, Kabupaten Banyuwangi menjadikan sungai Kali Lo sebagai ikon revitalisasi kebersihan sungai. Caranya dengan dicat warna-warni untuk spot selfie agar masyarakat turut menjaga kebersihan, hingga memasang jaring pengumpul sampah.

Budayawan Banyuwangi, Hasnan Singodimayan menceritakan, tahun 1930-an kondisi air di sungai Kali Lo masih sangat jernih. Banyak bebatuan besar di sepanjang sungai kemudian di samping kanan kiri terdapat banyak pohon dan tanaman bambu.

"Di kanan kiri banyak pohon bambu, dan pohon Lo. Oleh karena dinamakan Sungai Lo," jelasnya saat ditemui di rumahnya yang berada di samping Sungai Kali Lo, beberapa waktu lalu.


Hasnan dan teman-temannya sewaktu masih kecil juga sering mandi di Sungai Kali Lo. Selain jernih, debit air di Kali Lo juga masih dalam sehingga digunakan anak-anak bermain loncatan ke sungai. Luas sungai Kali Lo kata dia, juga dua kali lipat daripada sekarang.

"Kemudian banyak sumber air di samping-samping yang digunakan untuk mandi. Tahun 1935 saya sudah ceburan (loncatan ke sungai) di sana. Batunya besar-besar dulu. Tapi engak tahu sekarang kok batu-batunya sudah hilang," jelasnya.

Saat ini kondisi Kali Lo sudah mulai bersih dari sampah. Namun, debit air di sungai rata-rata masih setinggi 1 meter.

"Lebarnya dua kalinya sekarang. Perahu-perahu nelayan dulu sampai masuk sini," lanjutnya.

Menurut Hasnan, sungai Kali Lo mulai mengalami penyusutan debit air saat pemerintahan baru Indonesia pada tahun 1950-an. Sebab, kata dia, Belanda lebih memperhatikan kondisi sungai dibandingkan pasca Indonesia sudah merdeka.

"Mulai menyusut sejak 1945, setelah Republik baru terbentuk. Tapi tahun 1950 saya masih mandi di Kali Lo," jelasnya.

Kemudian untuk batu-batu di sepanjang sungai Kali Lo menjadi hilang diperkirakan akibat peristiwa banjir besar yang terjadi pada tahun 1943, di era Pendudukan Jepang.

"Tahun 1943 pernah banjir akibat penebangan pohon di lereng. Rumah saya sampai tenggelam," ujar dia.

(MH/MUA)
  1. Pariwisata
  2. Khas Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA