1. BANYUWANGI
  2. PROFIL

Lukman Hakim, pelukis kaki penyandang disabilitas yang kreatif

Beragam karya seni lukis pemandangan, replika foto, figur, serta jenis realis dan surealis telah dihasilkannya.

Pelukis Lukman Hakim. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Sabtu, 09 Juli 2016 12:13

Merdeka.com, Banyuwangi - Fisik kedua tangan Lukman Hakim (24) memang tidak bisa berfungsi maksimal. Sejak lahir, Lukman sudah menerima kondisi kedua lengan hingga jarinya terlihat kurus. Keadaan tersebut tidak membuatnya putus asa untuk menjadi seorang pelukis. Dengan kakinya, Lukman membuktikan produktivitas berkarya.

Beragam karya seni lukis pemandangan, replika foto, figur, serta jenis realis dan surealis telah membuatnya memiliki eksistensi. Kemampuan tersebut, membuat Lukman sering menerima pesanan lukisan, pernah mengikuti pameran lukisan dan menang lomba. Pria asal Desa Singolatren, Wijenan Kidul, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi ini sudah belajar melukis sejak usia TK.

“Belum SD sudah mulai ngelukis, sudah tertarik. Kan mulai kecil suka nonton TV, kartun-kartun, Donald Bebek. Akhirnya niru, nyoba-nyoba,” ujar Lukman kepada Merdeka Banyuwangi beberapa waktu lalu. Bakatnya semakin terlihat saat Karya Lukman berupa lukisan pemandangan, pernah dikirim ke Jepang saat dia masih duduk di bangku kelas 2 SD.

Aksi Lukman Hakim saat melukis foto
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

“Kelas 2 SD pernah partisipasi, terus karyanya dikirim ke Jepang. World kontes untuk anak. Ngelukis pemandangam gunung, saya perwakilan dari SDN Singolatren 1,” jelasnya. Setelah itu, Lukman tidak tahu lagi nasib karyanya tersebut.  

Bakatnya juga semakin terasah setelah duduk di bangku kelas 2 SMP 1 Songojuruh. Lukman saat itu menjadi juara satu dalam lomba kaligrafi khusus santri tingkat Banyuwangi. Hanya saja saat di tingkat provinsi, mewakili Banyuwangi untuk lomba kaligrafi di Surabaya, dia tidak lagi mendapat juara.

“Seingat saya acaranya itu Festival Anak Seluruh Indonesia, khusus santri. Waktu itu saya Diniyah. Setelah juara satu, terus mewakili lomba di Islamic Center Surabaya. Mewakili Banyuwangi,” kenangnya.

Setelah itu, Lukman sempat vakum, akibat tidak ada teman melukis dan pihak yang memberi suport. Dia juga kesulitan soal perlengkapan lukis yang harganya cukup mahal. “Waktu itu sempat vakum total sampai selesai sekolah di SMK PGRI Rogojampi. Gak ada acara melukis, Media lukisnya juga kesulitan, larinya malah ke akutansi,” jelasnya.

Semangatnya kembali bangkit saat mendengar ada pameran lukisan yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi di era pemerintahan Abdullah Azwar Anas. Dari situ, Lukman mendapat katalog, lantas dia mencari kontak serta alamat para pelukis yang dekat dengan daerah rumahnya. Hingga akhirnya bergabung dengan para pelukis di Galeri Banyumili, Kecamatan Songgon.

“Awalnya aku dengar kabar ada pameran di Banyuwangi. Akhirnya kenal teman perantauan dari Jakarta, Gatot Heru. Diarahkan ke Galeri Songgon sini. Terus ngawali lagi belajar anatomi, proporsi warna,” kenangnya.

Dari teman-teman pelukis di Galeri Banyumili, Kecamatan Songgon Lukman kembali bangkit. Selain mendapatkan teman, dan lebih berkembang, dia akhirnya juga bisa ikut pameran lukisan dan patung di Gedung Wanita Pramitha, pada 9-16 Desember 2013 dengan tema Layar-layar Belambangan. Lukisan surealis Lukman Hakim berjudul “Instrumen Kekuasaan”.

“Pertama pameran tahun 2013, pameran kedua tahun 2015 dengan judul lukisan ‘Dinamika Mantra Blambangan’,” jelasnya. Saat ini Lukman terus produktif melukis tema-tema humaniora dan seni budaya, sambil menerima pesanan orang-orang yang ingin dilukis. Karyanya juga sempat dibeli oleh warga Malaysia, saat dia mengunggah lukisan figur Afandi di jejaring sosial.

Hasil lukisan foto karya Lukman Hakim
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

“Laku di Malaysia. Itu hasil belajar pakai arang melukisnya. Medianya sederhana, pakai kertas manila sama A3. Yang tak lukis ikon Indonesia, Afandi. Bermula dari chat, nah dia minat. Laku sekitar Rp 400 ribu. Kalau sekarang kebanyakan orderan dari orang dekat-dekat saja, kaya Songgon, Sragi, Singojuruh,” ujarnya.

Sambil melukis di ruang inspirasinya, Lukman menjelaskan siapapun bisa memesan bila ingin dilukis. Soal harga Lukman melihat tingkat kesulitan, biaya perlengkapan, dan luas lukisan.  

Biasanya yang order luasnya 60x40 dan 60x80. Gak tentu tergantung yang minta. Kalau ini 90x70. Harga kondisional, dari tingkat kesulitan. Kalau foto dituntut mirip, sulitnya itu. Paling mentok pernah laku Rp 900 ribu,” jelasnya.

Jika membutuhkan jasa lukis dari Lukman, bisa menghubungi di nomor telepon 082231356867.

(FF/MUA)
  1. profil
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA