1. BANYUWANGI
  2. SENI DAN BUDAYA

Kuatkan ekonomi lokal, warga Papring buat piring dari bambu

Banyak potensi bambu yang bisa diolah menjadi ekonomi menguntungkan.

©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Jum'at, 21 Oktober 2016 16:26

Merdeka.com, Banyuwangi - Warga Kelurahan Papring, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi punya kreativitas unik membuat kerajinan piring dan mangkuk dari bambu. Salah satunya dari Kelompok Usaha Bersama (KUB) Pring Indah, RT 2 RW 2.

Zainoto (38), Ketua KUB Pring Indah, menjelaskan sejak tahun 1980-an, wilayah Kelurahan Papring sudah menjadi sentra produksi anyaman bambu untuk menjadi gedhek (dinding dari bambu), besek (untuk tempat buah dan sembako).

Potensi bambu di wilayah Papring tersebut, kemudian coba diolah lagi agar bisa meningkatkan harga jual. Baru pada tahun 2011, Zainoto bersama warga mengajukan pelatihan di Disperindagtam Banyuwangi agar mendapat pelatihan membuat kerajinan lain dari bambu.

"Pelatihannya waktu itu satu minggu. Yang ikut 20 orang. Dibagi 4 kelompok. Ada yang buat kursi dari bambu, ada kap lampu dan piring dari bambu. Waktu itu trendnya buat piring pakai lidi. Nah di sini coba bikin piring dari bambu," ujar Zainoto kepada Merdeka Banyuwangi beberapa waktu lalu.


Setelah mendapat pelatihan, sampai saat ini warga papring sudah sering mendapat pesanan untuk membuat kerajinan piring dan mangkuk dari bambu.

"Yang paling banyak ke Bali, kadang Surabaya. Kadang pesen 200 sampai 300, tergantung pesanan," jelasnya.

Zainoto menjelaskan, proses membuat kerajinan dari bahan bambu ini cukup membutuhkan ketelatenan. Bila diamati sekilas, kerajinan ini tidak terlihat terbuat dari bahan bambu. Bentuknya yang halus, bisa membuat orang penasaran bagaimana proses pembuatannya.

Pertama, bambu yang sudah dipotong dibilah tipis-tipis. Kemudian, masing-masing bilahan disatukan dengan satu tongkat kecil. Caranya tinggal digulung satu per satu, hingga membentuk lingkaran lebar.

Setelah jadi seperti diameter piring yang diinginkan, kemudian dibentuk secara manual agar menjadi cekung. Baru setelah itu dilem agar lilitan bilahan bambu tidak lepas.

"Yang lama proses pengeleman dan pengeringan. Soalnya kalau gak hati-hati bisa rusak," ujar pria yang baru saja menjabat ketua RT ini.

Dalam sehari, proses menggulung kerajinan piring bambu dari masing-masing 20 anggota KUB Pring Indah bisa menghasilkan 10 gulungan. Setelah dilem dan dikeringkan, proses selanjutnya yakni digerenda dan diberi lapisan dempol (untuk menutupi pori-pori yang berubang).

"Kemudian digrenda lagi, baru setelah itu diwarna. Tergantung permintaan. Ada yang pakai plitur, ada yang minta natural warna aslinya," jelasnya.

Kerajinan ini, kata Zainoto masih belum memiliki pasar yang jelas. Warga baru membuat setelah ada pemesanan secara langsung. Belum ada sistem pemasaran secara mandiri atau kelompok.

Padahal, kata Zainoto kerajinan untuk tempat buah dan souvenir memiliki ciri khas. Dia berharap dengan kerajinan bisa meningkatkan pendapatan warga di Papring yang sebagian besar berprofesi sebagai buruh dan mencari bambu di hutan.

"Di Banyuwangi cuma di sini yang ada produksi piring bambu. Di Jogja sama Solo beda, ditutup pakai dempol. Kemudian dicat warna warni, kuning biru hijau. Jadi gak kelihatan kalau itu bambu," ujarnya.

Soal harga, kerajinan dijual dengan harga cukup terjangkau. Ukuran diameter 22 Cm dijual dengan harga Rp 20 ribu. Sedangkan ukuran diameter 24 dijual Rp 35. "Diameter 36, 22, 24, terus 32 yang sering dibuat. Paling mahal diameter 65, harganya Rp 38 ribu," jelasnya

(MH/MUA)
  1. Kerajinan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA