1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Berebut benih 'dewi kesuburan' di Ritual Kebo-keboan Alasmalang

“Inilah cikal bakal digelarnya Festival Kebo-keboan di Alasmalang tiap tahunnya," kata Indra.

Kebo-keboan Banyuwangi. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mochammad Andriansyah | Sabtu, 01 Oktober 2016 10:10

Merdeka.com, Banyuwangi - Minggu pagi lusa (2/10), masyarakat di wilayah Kecamatan Singojuruh, Banyuawnagi, Jawa Timur akan menggelar ritual agraris: Ritual Kebo-keboan. Tradisi adat di Dusun Krajan, Desa Alasmalang ini, bermula ketika desa setempat diserang bageblug atau wabah penyakit pada sekitar 300 tahun silam.

Dalam kondisi cemas, sesepuh desa bernama Karti, menerima wangsit (petunjuk) untuk mengadakan ritual bersih desa. tak hanya itu, sesepuh desa yang akrab dipanggil Mbah Buyut Karti ini, juga mendapat perintah untuk menggelar seni pertunjukan kebo-keboan, yang diperankan oleh para petani.

"Inilah cikal bakal digelarnya Festival Kebo-keboan di Alasmalang tiap tahunnya. Ritual ini bertujuan untuk memohon berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, gara sawah-sawah penduduk diberi kesuburan dan mendapatkan hasil melimpah," terang Indra Gunawan.

Sebelum menggelar Ritual Kebo-keboan, terlebih dulu, warga desa berziarah ke makam Mbah Buyut Karti. “Baru kemudian hari Minggunya menggelar acara Kebo-keboan, yang diawali dengan kenduri desa,” tuturnya.

Dalam kenduri itu, masih kata dia, warga desa menyediakan 12 tumpeng lengkap dengan ayam ingkung, plus lima porsi jenang sengkolo dan tujuh porsi jenang suro.

"Makna jumlah tumpeng dan jenang ini, sebagai simbol jumlah bulan dan hari yang menandai siklus kehidupan manusia selama satu tahun. dalam satu tahun ada 12 bulan, kemudian tujuh hari dan lima hari pasaran," jelas Indra.

Ke 12 tumpeng ini siap disantap beramai-ramai setelah tetua adat usai memimpin doa. Setelah gelar kenduri, acara dilanjutkan dengan upacara adat, yaitu ider bumi.

Dalam ritual ider bumi ini, belasan kerbau petani diarak keliling desa sesuai arah empat penjuru mata angin. Kerbau-kerbai ini, bukan hewan sungguhan. Melainkan para petani desa yang didandani mirip kerbau, berbadan hitam legam dan bertanduk.

Setelah berkeliling desa, kerbau-kerbau ini melakukan ritual seperti saat masa dimulainya cocok tanam. Mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.

Saat menggelar ritual ini, kerbau-kerbau jejadian ini diyakini ada yang kerasukan roh leluhur mereka. Mereka berjalan seperti kerbau yang tengah membajak sawah. Mereka juga berkubang, bergumul di lumpur dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang mereka lewati.

Saat berjalanpun di pundak mereka terpasang peralatan membajak. Persis kerbau yang tengah membajak. “Ritual ini akan diakhiri dengan proses membajak sawah dan menabur benih. Dalam proses tabur benih ini, warga desa akan saling berebut benih,” ungkap Indra.

Warga desa setempat meyakini, benih-benih padi yang ditabur saat ritual digelar tersebut, telah mendapat berkah dari Dewi Sri, selaku dewi kesuburan. "Bibit-bibit padi ini diyakini bisa menghasilkan hasil panen yang melimpah-ruah," tandasnya.

Ritual Kebo-keboan ini masuk agenda Banyuwangi Festival (B-Fest). Ritual adat agraris di Tanah Blambangan ini, hanya dilakukan warga di dua desa, yaitu Desa Alasamalang, Kecamatan Singojuruh dan Desa Aliyan di Kecamatan Rogojampi. Ritual Kebo-keboan Aliyan, akan digelar pada 9 Oktober, satu minggu setelah ritual di Alasmalang.

(MT/MA)
  1. Festival Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA