1. BANYUWANGI
  2. PARIWISATA

Mengenal gula aren ala masyarakat Banjar di Osing Culture Festival

Konon tradisi masyarakat Banjar bermula dari legenda Rondo Reni yang sangat menyayangi anak lelaki tunggalnya.

Osing Culture Festival. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mochammad Andriansyah | Sabtu, 07 Mei 2016 15:09

Merdeka.com, Banyuwangi - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dijadwalkan hadir menyaksikan proses penyadapan nira dan pertunjukan seni dan budaya khas warga Banjar.

Osing Culture yang menampilkan tradisi agraris cara menyadap nira (aren) menjadi bagian dari Banyuwangi Festival (B-Fest) 2016. Ada keunikan dan nilai mistis proses penyadapan nira ala masyarakat Osing tersebut.

‎Menurut Camat Licin, Mohamad Lutfi, saat menyadap aren warga Desa Banjar mengenakan baju serba hitam. Mereka juga melantunkan kidung dan mantera khusus. Alasannya warga setempat masih mempercayai pohon aren bisa meneteskan niranya dengan deras jika melakukannya dengan cara seperti itu.

Konon tradisi masyarakat Banjar bermula dari legenda Rondo (janda) Reni yang sangat menyayangi anak lelaki tunggalnya, namun takdir memisahkan mereka. Sang ibu meninggal dunia sementara si anak terus meratapi kepergian ibunya dan menangis di pusara sang ibu.

Suatu ketika ada seekor burung gagak hinggap di atas pohon yang menaungi makam sang ibu. Karena takut si anak malang ini melempar batu ke arah ‎burung tersebut. Tapi lemparannya meleset dan mengenai batang pohon yang kemudian meneteskan air.  

Osing Culture Festival
© 2016 merdeka.com/Mochammad Andriansyah


Saat tetesan air tersebut dijilat, rasanya manis. ‎Anak dari Rondo Reni ini pun menyadap air pohon dan dijadikan nira dan gula aren. Hingga sekarang cara penyadapan ala anak Rondo Reni ini masih berlangsung hingga sekarang. "Ini legenda di Desa Banjar yang diceritakan secara turun-temurun ke anak cucu," cerita Lutfi.

‎Air gula aren yang diproses menjadi makanan dan bisa dinikmati itu disebut minuman mentak. Sementara saat masih air gula aren yang tengah mendidih di dalam kuali besar disebut sajeng. Begitu juga saat nira sudah mengental biasa disebut ketek banyu atau ketek semut.

"Ini sangat enak jika dicampur dengan kelapa parut. Selain itu kentalan gula ini bisa cetak bulat-bulat ditaburi kacang. Bisa juga kentalan gula ini untuk pelengkap minum kopi pahit dengan menggigit gula sambil menikmati sejumlah atraksi kesenian desa di pondok ini," jelas Lutfi.

Selain menampilkan proses penyadapan nira hingga diolah menjadi makanan, Osing Culture Festival juga menyuguhkan hiburan musik jazz dari musisi mancanegara yang akan berkolaborasi dengan musik kuntulan khas Banyuwangi.

(FF/MA)
  1. Festival Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA