1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Dari tengah Samudera Pasifik, nelayan ini belajar konservasi di Banyuwangi

"Suasana di negaraku panas. Disini udaranya bagus. Ikan di tempatku juga berbeda," kata Tabare.

Para peserta pelatihan menangkap ikan dari lima negara berkembang di Banyuwangi. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Taufik | Jum'at, 20 Juli 2018 16:28

Merdeka.com, Banyuwangi - Seorang nelayan bernama Tabare Taurerei warga Republik Kiribati belajar tangkap ikan laut ramah lingkungan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Dia menceritakan kesan pertama di Banyuwangi langsung merasakan udara yang sangat sejuk, berbeda dengan di negaranya yang juga berupa kepulauan, namun jauh lebih kecil dari Indonesia itu.

Selain kondisi udara di tempat tinggalnya di tengah Samudra Pasifik, jauh di sebelah selatan Hawaii itu lebih panas. Dia juga bercerita ikan di laut sana tidak asin. Sedangkan ikan perairan Indonesia terasa asin dan manis baginya.

"Suasana di negaraku panas. Disini udaranya bagus. Ikan di tempatku juga berbeda," katanya kepada Merdeka Banyuwangi di hari terakhir dia tinggal di Bumi Blambangan, Jumat (20/7).

Dia mengatakan, meskipun lebih panas, letak geografis negaranya yang berada di tengah samudra juga memberikan keuntungan berupa mudahnya menangkap ikan. Tabare dan nelayan-nelayan lain hanya perlu melaut sejauh 3 mil untuk menangkap 300 ekor tuna skipjack besar setiap hari tanpa pandang musim.

"Laut kami adalah laut lepas yang sangat besar di dunia. Sangat mudah menangkap tuna di negara kami, 300 ekor kami tangkap dalam sehari. Tapi kami senang belajar dari sini (Banyuwangi), bisa belajar konservasi terumbu karang," paparnya.

Begitu juga kata Tapan Kumar Paul yang bekerja di Departemen Perikanan Bangladesh yang juga menjadi peserta pelatihan di Banyuwangi. Dia merasa senang akan materi tangkap ikan dengan cara dan alat yang tidak merusak kelestarian laut.

"Wawasan kami jadi bertambah, seperti kemarin kami membuat bubu. Ini sangat membantu untuk menginisiasi negara kami, apalagi bagi saya ini benar-benar hal baru," kata pria yang mengaku suka rasa tempe bacem yang dia makan di Banyuwangi itu.

Mereka berdua, dan 26 orang lain dari 24 negara mengikuti pelatihan penangkapan ikan ramah lingkungan selama 5 hari di Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Bangsring, Banyuwangi. Pelatihan digelar Kementerian Luar Negeri (Kemlu) bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk meningkatkan kapasitas para pelaku perikanan di negara berkembang.

Kepala Dinas Perikanan dan Pangan (Disperipangan) Banyuwangi Hary Cahyo Purnomo mengatakan mereka mengikuti serangkaian acara pelatihan sambil berkunjung ke berbagai festival dan even lain di Banyuwangi. Materi utama adalah cara menangkap ikan dengan perangkap, bukannya jaring yang ditarik dan diberi pemberat yang justru merusak karang dan habitat laut.

"Bubunya bisa dari besi atau bambu. Lalu ditaruh sebagai perangkap ikan di laut. Pelatihan berisi kemampuan budidaya dan konservasi," katanya.

(MT/MT)
  1. Info Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA