1. BANYUWANGI
  2. KOMUNITAS

Forum Komunikasi Pemuda Suko, peduli dan kreatif

Tujuan forum ini ingin memberi kontribusi secara sosial kepada masyarakat di desanya.

Pemuda Fondasi. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Minggu, 11 September 2016 11:49

Merdeka.com, Banyuwangi - Ada inisiatif menarik dari para pemuda Lingkungan Suko, Kelurahan Gombengsari, untuk memberikan peran sosial di masyarakatnya. Bila stigma di masyarakat tentang para pemuda yang seringkali hanya menghabiskan waktu senggang, nongkrong-nongkrong di pinggir jalan tanpa guna, kondisi demikian secara tidak langsung dibantah oleh kelompok pemuda Suko.

Sejak akhir tahun 2012, pemuda Suko mulai membentuk kelompok bernama Forum Komunikasi Pemuda Suko (Fondasi). Tujuannya, ingin memberi kontribusi secara sosial kepada masyarakat di desanya.

Seperti membantu bila ada yang sakit, kerja bakti bersih lingkungan dan ruang komunikasi pemuda untuk membahas segala hal untuk kemajuan desanya.

Berawal dari kumpul bersama saat peringatan HUT RI, komunitas Fondasi terbentuk dengan kesepakatan bersama membuat pertemuan rutin sebulan sekali.

"Tanpa diminta, keluhan dari masyarakat akan kami lakukan. Kerja bakti iya, kegiatan sosial kemasyarakatan. Kalau laki-laki kumpulnya tiap tanggal 17. Perempuannya tanggal 16," ujar Wahyudi, (29) Bendahara Fondasi kepada Merdeka Banyuwangi, Rabu (7/9).

Tidak hanya berkumpul saja, para pemuda yang berjumlah 45 orang ini juga memiliki karya kerajinan tangan berupa souvenir, pigura, meja, hiasan rumah dan sebagainya. Bahannya, diambil dari limbah lingkungan seperti buah dan kayu pohon mahoni, pinus dan pakis.
Wilayah Suko yang berdekatan dengan KPH Banyuwangi utara memang terdapat banyak pohon mahoni dan pinus.

Ruang kreatif Pemuda Fondasi
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

 "Kalau dari temen-temen seperti gantungan kunci, figura kemudian kendi yang ditempel kayu rosewood, itu karya sampingan. Agar di waktu senggang kami punya kreatifitas," ujar Yudi.

Hanya saja, sementara ini Fondasi masih memiliki peralatan terbatas untuk membuat karya. "Keinginan, mau menciptakan model kayak apa sangat bisa. Cuma keterbatasan kami diperalatan," kata Marsito, pembina Fondasi, yang turut hadir.

Sementara itu, sebagai roda keuangan, Fondasi juga membuat koperasi dengan konsep investasi kambing peternak. Kambing-kambing yang sudah dibeli dari hasil iuran Rp 100.000 per orang, diberikan kepada warga yang mau memelihara dengan sistem bagi hasil.

 "Invest kambing, sistemnya merawatkan ternak. Bagi hasil. Nanti yang nebus koperasi. Kalau sekarang, sudah ada 12 kambing, dari modal iuran Rp 100.000-an," jelas Marsito. Besaran iuran tersebut hanya dibebankan kepada pemuda yang sudah bekerja. Ditambah hasil iuran per bulan sejumlah Rp 5-10 ribu.

 "Itu berjalan sudah 9 bulan. Kalau dikalkulasi sekarang Rp. 13 juta," imbuhnya.

Hasilnya, sistem  pengelolaan uang dari para pemuda tersebut pernah berguna untuk kegiatan Agustusan, membantu memperbaiki rumah warga tidak mampu yang kurang layak, hingga untuk pembangunan masjid.

"Pemuda kami yang diluar kota juga bantu dana untuk kegiatan di sini. Bangun masjid juga dari pemuda. Nyari rongsokan, dijual untuk bangun masjid. Dapat botol kosong saja sampai empat pickup. Kalau sepeda bekas, diperbaiki lagi dan dijual, kalau ditimbang murah," tuturnya.

Selain itu, pemuda Fondasi juga memiliki cita-cita bersama. Selain bisa berguna bagi lingkungannya, kedepannya mereka ingin mandiri secara ekonomi. Hasil kerajinan pemuda Fondasi, berkisar mulai puluhan ribu sampai jutaan.

 "Gantungan kunci ini Rp 10 ribu. Kalau figura ukuran 10 R, kisaran 40 sampai 50 ribu. Meja bisa Rp 3 sampai 4 juta," jelas Yudi.

(FF/MUA)
  1. Komunitas
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA