"Saya rasakan enak olahannya, ada nasi hangat dan olahan ikan lele. Kalau pertama kurang laku jangan putus asa, dan terus berinovasi," kata Anas.
Merdeka.com, Banyuwangi - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas meresmikan sebuah kampung lele di Desa Kedayunan, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang telah berkembang menjadi pembudidaya lele sejak tahun 2017. Dalam kesempatan itu dia mendorong ibu-ibu kampung lele agar membangun brand kuliner spesial dari lele.
Desa Kedayunan yang dilewati jalan raya dan dekat dengan Kota Banyuwangi memiliki letak yang strategis bagi pengunjung luar kota untuk mampir dan menikmati kuliner khas. Dia mengatakan wisatawan bisa makan menu lele sampai puas setelah melihat kolam dan pakan lele yang bersih dan sehat.
"Saya rasakan enak olahannya, ada nasi hangat dan olahan ikan lele. Kalau pertama kurang laku jangan putus asa, dan terus berinovasi," kata Anas di kampung lele Kedayunan, Kamis (18/10).
Dia mengatakan Kabat yang bakal memiliki ikon ruang terbuka hijau (RTH) Kedayunan dengan desain khusus juga harus dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan potensi kuliner itu. Misalnya mengadakan bazar kuliner dan pentas seni rutin setiap malam Minggu dengan menu spesial berbahan lele.
Dia mengatakan gagasan yang muncul dari masyarakat seperti kampung lele Desa Kedayunan menjadi perhatian khusus baginya. Dijelaskannya bahwa ide dan semangat dari bawah bisa menjadi kekuatan masing-masing desa.
"Kreativitas yang muncul dari bawah, sekecil apapun harus kita perhatikan dan didukung dengan program-program pengembangan," kata dia.
Kabid Perikanan Budidaya Dinas Perikanan dan Pangan (Disperipangan) Banyuwangi Suryono Bintang Samudra mengatakan telah ada 52 orang ibu pembudidaya ikan lele di Desa Kedayunan. Mereka memelihara lele di gorong-gorong tegak seperti sumur dangkal yang dimanfaatkan sebagai kolam.
"Pakai sistim gorong-gorong ternyata produktiftasnya lebih tinggi daripada kolom besar. Tapi masalahnya harga pakan naik, sedangkan harga jual lele tetap," kata dia.
Untuk itu pihaknya berusaha mendiversifikasi hasil budidaya ibu-ibu pada berbagai produk kuliner khusus agar menghasilkan nilai ekonomi tambahan. Misalnya mendatangkan pelatih berkompeten minggu lalu untuk membuat Kabayaki dari daging lele fillet, padahal biasanya dari daging unagi atau sidat.
"Rasanya enak dan tidak jauh berbeda dari Unagi Kabayaki. Kalau orang nggak lihat saat ibu-ibu memasaknya, pasti dikira dari sidat," katanya.