"Tiap tahun kami angkat tema-tema motif batik yang berbeda," kata Anas.
Merdeka.com, Banyuwangi - Perhelatan Banyuwangi Batik Festival (BBF) kembali akan digelar, Sabtu (17/11). Ajang tahunan yang digelar untuk mengerek daya saing perajin batik Banyuwangi itu bakal menyajikan kolaborasi antara pelaku batik lokal dan Italia.
“Kita kolaborasikan UMKM batik Banyuwangi dengan desainer kondang nasional dan internasional. Ada Ali Charisma, Priscilla Saputro, Dewa Gita, dan Nely Gunawan, desainer busana batik asal Italia, Milo Miliavicca," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Pada tahun ini, BBF mengangkat tema “Gedhegan”, salah satu motif batik khas Banyuwangi. Sebanyak 110 busana batik bakal ditampilkan.
“Tiap tahun kami angkat tema-tema motif batik yang berbeda. Tema kita umumkan beberapa bulan sebelum acara, sehingga para perajin langsung memproduksi, karena permintaan batik tema tersebut pasti langsung melonjak saat festival digelar,” jelas Anas.
Sebelumnya, para perajin batik Banyuwangi telah diberdayakan dengan berbagai pelatihan untuk mengerek kualitasnya. Para pelaku industri batik nasional juga dilibatkan ke sentra-sentra batik lokal.
“Ternyata para pelaku batik nasional takjub dengan karya pembatik Banyuwangi. Hal ini juga menandatakan bahwa Batik Banyuwangi sudah semakin berkelas dan cocok dengan tren pasar nasional, bahkan internasional,” ujar Anas.
“Banyak desainer dan pelaku batik Banyuwangi yang terus eksis dan tumbuh, seperti Sanet Sabintang, Isyam Syamsi, Ridho, Olys, dan masih banyak lagi. Banyuwangi Batik Festival adalah milik perajin lokal untuk bisa bersanding dengan pelaku fesyen nasional,” imbuh Anas.
BBF 2018 juga akan dimeriahkan dengan penampilan spesial penyanyi Melly Goeslaw. Tentunya, Melly akan bernyanyi dengan menggunakan busana batik Banywuangi.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Banyuwangi Sih Wahyudi menambahkan, pembatik yang terlibat pada BBF kali ini ada 20 usaha mikro batik setelah melalui proses kurasi terhadap desain motif dan kesiapan produksi untuk menerima order berkelanjutan.
Dia menambahkan, motif Gedhegan yang diangkat tahun ini bermakna kesederhanaan. “Sederhana dalam keanekaragaman untuk mencapai kebaikan. Motif ini digambarkan seperti gedeg atau anyaman bambu,” kata Sih.