Respons beberapa kepala desa dinilai masih terjebak dalam persoalan internal yang membuat inovasi menjadi stagnan.
Merdeka.com, Banyuwangi - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas meminta kepada seluruh kepala desa se-Kabupaten Banyuwangi untuk kreatif membuat inovasi di desanya. Bila tidak, Banyuwangi stagnan dan tertinggal.
"Desa Kemiren sudah hebat, Desa Licin juga sudah, tetapi mana desa lain. Jangan mau kalah. Kadang kita enggak mau cari referensi, jadi seperti katak dalam tempurung. Banyak orang yang belajar ke sini, tetapi kalau terlena maka akan ketinggalan kereta," ujar Anas kepada kepala desa se-Kabupaten Banyuwangi, di Hotel Ketapang Indah, Senin (16/4).
Dalam kesempatan tersebut, Anas memberikan contoh-contoh inovasi yang sudah dikerjakannya, serta meminta aktif mencari referensi untuk inovasi.
"Pariwisata diintegrasikan dengan kuliner, dan merangkul seni tradisinya. Saya ngomong dicatat ya. Kalau bisa bikin pasar rakyat yang unik, seperti di Kemiren, makanan tradisional ada di sana. Kepala desa yang lain jangan mau kalah," kata dia.
Potensi desa, kata Anas perlu dimaksimalkan, namun inovasi pasti memunculkan resiko yang perlu dihadapi, bila tidak maka akan tetap stagnan. Dia meminta untuk memaksimalkan pelayanan publik dan potensi pariwisata.
"Presiden setahun sekali minta ketemu semua bupati, minta ada mall pelayanan publik. Tetapi di Banyuwangi satu minggu setelah ke Azerbaijan langsung bikin. Kursi-kursi, meja, komputer, tinggal geser ke sana. Dalam waktu 10 hari langsung jalan. Nunggu APBD, pengadaan harus lelang. Jadi jangan hanya teks book, kita perlu terobosan," jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, respons beberapa kepala desa dinilai masih terjebak dalam persoalan internal yang membuat inovasi menjadi stagnan. Kepala desa sepanjang, Kecamatan Glenmore, Rozikin menanggapi dengan persoalan yang masih perlu diselesaikan, sebelum mengerjakan inovasi pariwisata di desanya.
"Banyak tinggalan masalah dari pejabat sementara sebelum saya. Masih banyak kepentingan politik di desa dari Pilkades sebelumnya," ujarnya.
Jadi pemimpin, kata Anas pasti ada masalah. Anas menceritakan bagaimana awal menjadi bupati, ada banyak masalah, namun bila terjebak dalam masalah maka tidak akan berbuat untuk inovasi.
"Kenapa ada banyak wisatawan yang ke Banyuwangi tetapi hanya mampir ke desa itu itu saja, desa bapak bisa, hanya perlu inovasI. Awal jadi bupati, staf saya yang sekarang juga sama dari dulu sebelum saya memimpin, pulau merah, ijen juga sama dari dulu. Tetapi kenapa sekarang bisa terkenal. Dulu enggak ada penerbangan," katanya.