Desa Tampo merupakan salah satu sentra batik. Di desa ini terdapat sekitar 150 pekerja batik yang tertampung di enam UMKM batik.
Merdeka.com, Banyuwangi - Sebanyak 1.000 pelajar SD dan SMP mengikuti Festival Canting Sewu di Banyuwangi, Jumat (16/11). Ribuan pelajar itu bersama-sama mencanting lilin (malam) ke atas kain hingga membentuk rangkaian motif yang indah. Festival itu digelar di lapangan Desa Tampo, Kecamatan Cluring.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengapresiasi ribuan pelajar. Apresiasi ini layak diberikan karena mereka telah menjadi bagian dari upaya melestarikan warisan kekayaan leluhur bangsa Indonesia.
"Mereka terlihat asyik dan gembira, tangan mereka juga sudah terlihat terbiasa mencanting. Ini menunjukkan mereka sudah terbiasa dengan aktivitas mencanting,” kata Anas.
Tangan-tangan mungil perserta mencanting terlihat lihai saat menorehkan cairan malam/ lilin mengikuti pola motif lokal batik Banyuwangi yang tergambar dalam kain. Sambil sesekali bercanda dengan teman satu wajan lilin, mereka terlihat tekun saat melakukan ripitasi gerakan mencanting. Mengambil canting, meniupnya, hingga mengusapkan lilin mengikuti motif.
Anas menambahkan, Desa Tampo merupakan salah satu sentra batik. Di desa ini terdapat sekitar 150 pekerja batik yang tertampung di enam UMKM batik. SD dan SMP yang berada di sekitar Desa Tampo juga telah memasukkan batik dalam kurikulumnya, bagian dari pelajaran seni, budaya, dan ketrampilan (SBK). Seperti di SDN 2 Tampo, tiap siswa dari kelas 4 – 6 SD mengikuti pelajaran membatik tiap pekan.
“Desa Tampo telah menjalankan apa yang Presiden Jokowi instruksikan agar sekolah memfasilitasi lahirnya generasi kreatif sesuai potensinya. Festival dan sekolah menjadi bagian meregenerasi pembatik,” kata Anas.
“Saya merasa optimistis dengan perkembangan batik setelah melihat antusiasme dari pelajar tentang batik. Kami akan membantu mendatangkan ahli batik untuk meningkatkan kualitas pembatik muda ini. Selain itu, mereka yang terbaik, akan kami masukkan ke SMK batik yang sudah ada di Banyuwangi untuk bisa menjadi entrepreneur batik,” imbuh Anas.
Untuk itu, Anas menginstruksilkan agar semua sekolah melakukan apa yang telah Desa Tampo lakukan. Sekolah harus memasukkan pengembangan potensi daerahnya dalam sebuah ekstra kurikuler.
“Desa dengan penghasil buah naga, segera buka ekstrakurikuler tentang pengembangan dan pengolahan buah naga. Pemkab Banyuwangi dan BUMN perkebunan PTPN XII juga telah bersepakat membuka ekstrakurikuler khusus tentang kopi dan cokelat di sejumlah sekolah,” kata Anas.
Salah satu peserta, Lintang Zahra siswi kelas 4 SDN 2 Tampo mengaku senang ikut acara ini, karena membatik adalah kesukaannya selain menari. “Apalagi saat diajak guru ke pusat membatik, senang bisa melihat ibu-ibu membatik, orang kerja memberi warna kain. Saya ingin bisa membuat kain batik,” kata Lintang.
Festival Canting Sewu merupakan rangkaian event Banyuwangi Batik Festival (BBF) yang didedikasikan untuk mempromosikan batik Banyuwangi sekaligus mentautkan pembatik lokal dengan industri batik nasional. BBF akan digelar Sabtu malam, 17 November 2018.