"Semangatnya kami serap, bahwa semua institusi pelayanan publik harus inovatif dalam memenuhi kebutuhan publik,"ujar Hestu.
Merdeka.com, Banyuwangi - Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan menggelar kegiatan Capacity Building, Change Management Team di Hotel Aston Banyuwangi, Rabu-Jumat (28-30/11). Sebanyak 40 pegawai Ditjen Pajak mengikuti acara tersebut.
Acara dihadiri Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Humas DJP Hestu Yoga Saksama.
"Kami sengaja memilih Banyuwangi karena ingin menyerap semangat inovasi. Semangatnya kami serap, bahwa semua institusi pelayanan publik harus inovatif dalam memenuhi kebutuhan publik,"ujar Hestu.
Hestu mengatakan, kegiatan yang digelar oleh Ditjen Pajak di Banyuwangi ini merupakan program pembangunan kapasitas bagi tim manajemen perubahan (change management team) yang dibentuk oleh Kementerian Keuangan. Tim ini akan menjadi agen perubahan yang mendorong semangat perubahan dan program-progam baru ke seluruh pegawai di Indonesia.
"Tim ini akan mengawal reformasi mendasar mulai bidang SDM, organisasi, basis data dan sistem IT, bisnis, policy. Reformasi ini akan di-deliver kepada seluruh stakeholder terutama internal kami, seluruh pegawai Ditjen Pajak di Indonesia yang jumlahnya 43 ribu," kata Hestu yang juga bertindak sebagai ketua Change Management Team Ditjen Pajak.
Dilatari tujuan besar untuk melakukan perubahan tersebut, kata Hestu, Ditjen Pajak memilih Banyuwangi sebagai lokasi pelaksanaan capacity building. Banyuwangi sendiri dinilai sebagai daerah yang mampu melakukan perubahan di tengah berbagai tantangan.
"Bagi kami, Banyuwangi menjadi model berjalannya proses perubahan. Inovasinya berkanjutan. Karena itu kegiatan ini kamai selenggarakan di sini agar tim kami bisa belajar, sharing, dan merasakan suasana perubahan secara langsung," kata dia.
Bupati Abdullah Azwar Anas yang menjadi keynote speaker pada acara tersebut mengatakan, dalam memimpin daerah harus ada skala prioritas yang dikerjakan.
"Memang harus memilih, mana yang harus dikerjakan. Pasti tidak bisa menyenangkan semua orang. Kalau semua kita kerjakan, nanti jadi tak fokus, malah enggak ada hasilnya," kata dia.
Anas menambahkan, kebijakan juga harus memiliki nilai-nilai yang berorientasi publik (public value).
"Ketika kebijakan yang kita ambil memberikan nilai pada publik, maka masyarakat akan mendukung dan ikut mendukung setiap program perubahan yang akan kita kerjakan," kata Anas.
Banyuwangi juga memilih pariwisata sebagai pengungkit perubahan, karena selain mampu meningkatkan perekonomian, pariwisata juga strategi cepat mengubah budaya dan perilaku masyarakat menjadi lebih baik.
"Pariwisata juga mendorong partisipasi gotong royong warga. Banyak event Banyuwangi Festival yang digelar daerah merupakan partisipasi dari warga. Mereka tergugah untuk ikut serta dalam perubahan yang terjadi di daerah," ujarnya.
Perubahan juga dilakukan di bidang pemerintahan, birokrasi didorong membangun team work dan menghilangkan ego sektoral. Sistem pemerintahan juga di buat cepat dan efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
"Pemerintah daerah ini hanya penggerak saja, namun peran masyarakat untuk bangkit dan maju bersama- sama menjadi kunci penting dalam perubahan yang terjadi di Banyuwangi," katanya.