1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Ketika permainan jailangkung bocah SD Banyuwangi ikuti Festival Memengan

"Jailangkung jailangkung, kemarilah. Datang tak diundang, pulang tak diantar. Jailangkung jailangkung, kemarilah," kata seorang bocah SD.

Festival Memengan Banyuwangi. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Taufik | Sabtu, 21 Juli 2018 14:27

Merdeka.com, Banyuwangi - Festival Memengan Banyuwangi 2018 tidak hanya menampilkan tembak-tembakan, permainan karet gelang, mobil-mobilan, dan permainan musik tradisional, tapi juga memperlihatkan satu permainan seram, jailangkung.

Sebanyak 100 siswa SD dari Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, membawa 5 boneka jailangkung besar dan membuatnya tegak untuk dibacakan mantra.

"Jailangkung jailangkung, kemarilah. Datang tak diundang, pulang tak diantar. Jailangkung jailangkung, kemarilah. Datang tak diundang, pulang tak diantar. Jailangkung jailangkung, kemarilah. Datang tak diundang, pulang tak diantar," ucap anak perempuan pembaca mantra. Sedangkan penonton terdiam, menunggu apa yang akan terjadi pada boneka jailangkung berkepala bola plastik itu.

Ternyata tak ada yang terjadi pada boneka jailangkung berbaju kemeja rapih, justru seorang anak laki-laki di posisi paling depan terlihat kesurupan. Bukannya makan beling dan lepas kendali, si anak hanya berdiri dan menari dengan ritme dan sikap yang lucu. Ratusan penonton, termasuk yang ada di tenda tamu utama memperhatikannya sambil tertawa karena gerakan tangan dan kepala yang unik dan sikapnya yang tak acuh.

Kepada Merdeka Banyuwangi, Mulyono sang guru, mengatakan konsep apik itu hanya 2 hari dilatihkan pada anak-anak. Dia mengatakan peserta dari Kecamatan Genteng tergabung atas 5 gugus, yakni dari Desa Kembiritan, Genteng Wetan, Genteng Kulon, Setail dan Kaligung.

"Kita dapat tema jailangkung dari panitia kabupaten. Karena gurunya ada diklat, jadi hanya latihan 2 kali. Tapi alhamdulillah anak-anak lintas SD ini bisa kompak," katanya, Sabtu (21/7).

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pihaknya menggelar Festival Memengan untuk memberi panggung dan tempat bagi anak-anak bermain permainan tradisional. Peserta dari 25 kecamatan menunjukkan kreasi masing-masing pada tema permainan tradisional yang telah ditentukan.

"Sekarang kan anak-anak sudah dilingkupi permainan impor dan gadget, padahal kazanah permainan tradisional, dari bahan-bahan lokal banyak sekali, dan kalau dikonsep akan menarik, melatih gotong-royong dan menyehatkan," katanya.

Deputi VI Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Ham (Kemenkopolhukam) Arief Purboyo Mukiyat yang hadir dalam acara itu juga mengatakan kelestarian permainan tradisional memiliki dampak positif untuk ketahanan sosial bangsa. Dia mengatakan ketahanan daerah pada identitas budaya dan sosialnya turut menyumbang pada kuatnya ketahanan bangsa.

"Di tengah gencarnya pengaruh budaya asing yang menggeser budaya lokal, acara ini patut ditiru daerah-daerah lain untuk memberikan acara khusus untuk anak-anak bermain permainan tradisional," kata Arief.

(MT/MT) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Festival Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA