Emir dan teman-temannya di Tams Cafe menyajikan konsep edukasi bagi pelanggannya yang ingin belajar.
Merdeka.com, Banyuwangi - Tams Cafe di Perumahan Mendut Residance, Kabupaten Banyuwangi berupaya memberikan edukasi cara menyeduh kopi bagi pelanggannya. Tidak hanya itu, pelanggan juga bisa belajar mengenal karakteristik varian kopi lokal Banyuwangi yang sudah mendunia.
M. Emir Yusuf (26), salah satu pendiri Tams Cafe mengatakan, kopi Banyuwangi sudah banyak yang diekspor ke luar negeri. Namun masyarakat Banyuwangi sendiri dinilai masih banyak yang belum menikmati kopi lokalnya sendiri, dan cara penyeduhan yang tepat.
Pria yang sudah belajar kopi sejak tahun 2014 ini melanjutkan, seperti di wilayah Telemung dan Gombengsari per tahun rata-rata memproduksi 100 ton. Hasil panen kopi kemudian dibeli perusahaan Kalibaru, dikirim ke Dampit Malang, setelah itu diekspor ke Amsterdam, Belanda. Di Amsterdam, kata Emir, harga jual kopi bisa menjadi 10 kali lipat, dan laku dijual kembali ke Indonesia.
"Jadi harus bangga belajar dan mengenal kopi lokal. Karena kopi di Banyuwangi banyak diekspor ke luar negeri, dan masyarakat hanya kebagian mengkonsumsi kualitas kopi jelek. Dan itu bertahun-tahun," jelas Emir beberapa waktu lalu.
Dari situ, Emir dan teman-temannya di Tams Cafe menyajikan konsep edukasi bagi pelanggannya yang ingin belajar. Mulai proses menyangrai tradisional sampai mesin, sampai proses penyeduhan.
"Dan itu gratis kalau mau belajar," ujar pria yang sudah bisa merakit 8 jenis mesin penyangrai kopi ini.
Saat masuk di Tams Cafe, pengunjung akan disajikan konsep ruang unik. Meja bar dibuat rendah hanya setinggi sekitar 1 meter, agar pengunjung bisa melihat proses penyeduhan kopi dengan mudah. Selain itu, beragam alat seduh ditampilkan termasuk mesin sangrainya.
"Agar orang tahu prosesnya. Dan biar kelihatan kalau kami selalu jaga kebersihan," lanjutnya.
Menariknya, pengunjung bisa mencoba menikmati seduhan kopi dengan cold brew secara gratis. Emir menyajikan hasil seduhan cold brew di samping meja bar.
Kopi seduhan cold brew ini membutuhkan proses pembuatan selama 7 hari. Menggunakan air dingin, dan melalui proses 18-24 jam per liternya. "Fermentasinya butuh 7 hari, untuk menghasilkan rasa lebih pekat. Selain gratis tujuannya untuk edukasi.
Agar pelanggan bisa mengenal varian rasa kopi baru," jelas Emir. Namun bila ingin memesan, kopi seduhan cold brew dihargai Rp 50-70 ribu per gelasnya.
Usai belajar menyangrai sampai proses penyeduhan, Emir akan selalu menyempatkan menemani pelanggannya untuk diskusi soal kopi. Emir sudah sering menjadi pembicara tentang kopi di Malang, Banyuwangi dan aktif di komunitas Barista Roaster serta Banyuwangi Coffee Community. Dia juga baru mendapat juara dua manual brewing oleh Bekraf di Banyuwangi.
"Kalau jadi juri sangrai kopi manual 4 kali. Nanti setelah lebaran saya akan membuat workshop teh dan kopi untuk semua kalangan dan komunitas di sini," ujar Emir.