1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Potensi Ekonomi Jadi Pendidikan Ekstra di Sekolah Banyuwangi

"Kita lakukan pendekatan yang berbasis desa, misalnya Desa Tampo yang memiliki basis batik".

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Senin, 19 November 2018 11:28

Merdeka.com, Banyuwangi - Tidak hanya olahraga, keagamaan, dan kesenian, potensi ekonomi di kanan-kiri sekolah akan masuk sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pelatihan pengolahan potensi ekonomi kepada siswa-siswi diharapkan mampu mendorong mereka menjadi enterpreneur di masa mendatang.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, potensi ekonomi diambil dari yang ada di lingkungan sekolah karena dekat dengan bahan baku dan kegiatan ekonomi itu sudah berjalan di sana. Misalnya sekolah yang berada di lingkungan kabun kopi, siswanya akan mendapatkan
kegiatan ekstra dari roasting sampai penyeduhan kopi.

Begitu juga yang dekat dengan kebun cokelat, akan diberikan pendidikan ekstra mengenai pengolahan cokelat, termasuk sekolah-sekolah yang berada di sekitar kebun buah naga dan jeruk yang banyak terdapat di Banyuwangi selatan. Tidak hanya berbasis agribisnis, potensi ekonomi berbasis keterampilan seperti membatik tulis juga akan diberikan di sekolah-sekolah yang berada di desa para pembatik.

"Kita lakukan pendekatan yang berbasis desa, misalnya Desa Tampo yang memiliki basis batik. Jadi target kami maksimum SMA anak-anak sudah memiliki bakat enterpreneur membatik," kata Anas kepada Merdeka Banyuwangi, Senin (19/11).

Langkah itu diambilnya sebagai upaya menghadapi revolusi industri 4.0 dan bonus demografi Indonesia yang diperkirakan memuncak di tahun 2030. Untuk itu dimunculkan generasi penggerak ekonomi kreatif yang siap menjadi enterpreneur di masa dewasa mereka.

Keterampilan membatik dengan canting sendiri telah digelar di semua SD Desa Tampo, Kecamatan Cluring, meski diikuti sebagian siswa saja. Mereka juga diharapkan mengikuti ekstrakurikuler membatik tulis di jenjang SMP dan setelah itu masuk SMK jurusan batik.

"Tidak ada pembatik yang menganggur, selama pariwisata tumbuh, pakaian etnik akan terus laku. Dimana-mana kita kekurangan pembatik, dan regenerasi pencanting batik ini kekurangan dimana-mana, Madura, Pekalongan dan lain-lain. Di Banyuwangi sejak SD akan kita dorong,"
kata Anas mengenai potensi ekonomi batik.

Untuk menggelar kegiatan ekstra pengolahan kopi dan cokelat, Anas juga telah bertemu dengan Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII Berlino Mahendra, Kamis (15/11). PTPN XII dilibatkan karena memiliki ahli-ahli cokelat dan kopi dari jajaran tenaga-tenaga sumber daya
manusia (SDM) mereka.

Kebun produksi utama kopi di Banyuwangi berada di Kalibaru, Glagah, dan Kalipuro dimana ada Kelurahan Gombengsari yang memiliki 800 hektare kebun kopi rakyat. Sedangkan perkebunan tanaman kakao yang bijinya bisa diolah menjadi cokelat berada di Kalibaru dan Glenmore,
salah satunya di Perkebunan Kendeng Lembu milik PTPN XII.

"Kami juga telah mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Jatim dibukanya jurusan pengolahan kopi dan cokelat di SMK di Banyuwangi, karena sekarang SMK dikelola dinas pendidikan provinsi," kata dia.

Bantuan-bantuan ke sekolah dari Dinas Pendidikan Banyuwangi ke depan bukan lagi berupa gedung baru melainkan bantuan alat keterampilan. Selama masih layak gedung lama diharapkan tetap digunakan sehingga anggaran bisa digunakan untuk mendukung kegiatan ekstra siswa-siswi
berbasis potensi ekonomi di kanan-kiri.

"Uangnya mending untuk beli alat roasting kopi, alat canting batik, kain untuk bahan membatik, karena itu jauh lebih bermanfaat bagi anak-anak," katanya.

 

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Abdullah Azwar Anas
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA