1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Paduan Warna Kontras dan Analog motif ‘Gedekan’ Ramaikan Batik Festival

"Tema karya saya adalah wadon atau wanita dalam bahasa Osing. Seperti juga gedek, mereka tangguh, mandiri".

Batik Festival. ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Minggu, 18 November 2018 15:07

Merdeka.com, Banyuwangi - Tidak hanya cokelat seperti yang biasa terlihat, motif batik ‘Gedekan’ ditampilkan dalam berbagai warna dalam gelaran Banyuwangi Batik Festival (BBF) di Gedung Seni dan Budaya (Gesibu) Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (17/11).

Sebagian desainer memberikan paduan warna kontras seperti perak-hitam, merah-perak, hingga kuning-hitam yang saling berkelebat di atas catwalk. Sementara lainnya memakai paduan warna analog yang berdekatan seperti cokelat-hijau mustard, kuning emas-cokelat, atau sebagian karya Ali Charisma yang menggunakan batik dari The Using yang membawa
suasana segar dengan warna dominan hijau muda dipadu putih.

Desainer busana batik Banyuwangi Isyam Syamsi mengatakan, warna batik yang sedang populer adalah warna-warna Bumi. Dia juga mengatakan bahan pewarna alami batik sangat banyak dan mudah ditemukan di Bumi Blambangan.

Dia sendiri mengeluarkan 5 koleksi baju motif Gedekan hasil UMKM Batik Seblang dengan memadukan warna jingga-hitam, merah-perak, serta merah-hitam. Batik Seblang adalah produsen batik yang hanya memproduksi batik tulis dan telah menjaga 20 motif batik kuno
Banyuwangi, seperti Sisik Papak, Galaran dan Kopi Pecah, selama 4
generasi keluarga mereka.

"Tema karya saya adalah wadon atau wanita dalam bahasa Osing. Seperti juga gedek, mereka tangguh, mandiri, lentur dan kuat sebagai ibu rumah tangga. Even seperti ini bisa membuktikan Banyuwangi punya desainer yang cukup handal, tidak kalah dengan desainer daerah lain khususnya Jakarta," kata Isyam.

Sementara desainer busana batik nasional Priscilla Saputro memadukan kain-kain jatuh berwarna tua, seperti merah-abu-abu gelap dan cokelat-abu-abu lembut dengan batik Gedekan dari Osing Ningrat. Dari 10 koleksi yang dikeluarkannya kebanyakan porsi batik tidak dominan, melainkan diletakkan pada bagian-bagian tertentu seperti rok atau celana.

"Saya berusaha menampilkan desain yang sederhana, dan memanfaatkan batik dengan pewarnaan alam. Semoga jadi inspirasi bagi desainer dan pembatik, terutama dalam hal mengembangkan daya jual produk mereka,"kata Priscilla.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan setelah 6 tahun digelar, desainer-desainer lokal yang menampilkan karyanya di Banyuwangi Batik Festival semakin banyak. Tahun ini 11 desainer lokal yang karyanya semakin baik yang tampil sepanggung dengan karya dari 5 desainer nasional.

Dia mengatakan dalam lomba-lomba yang telah digelar, para dewan juri juga menilai terjadi peningkatan kemampuan dari desainer dan pembatik lokal Banyuwangi. Di sisi lain 22 motif batik Banyuwangi dari sekitar 40 motif yang ada, telah terdaftar hak ciptanya.

Selain peningkatan kemampuan pelaku mode Banyuwangi, peningkatan ekonomi juga terjadi dari yang dulu beromset puluhan juta menjadi ratusan juta per bulan. Dia menegaskan, Festival Batik tidak hanya untuk gebyar peristiwa pariwisata, melainkan sebagai upaya
meningkatkan kemampuan pelaku fesyen, membuka lapangan kerja dan ekonomi masyarakat.

"Setiap tahun temanya berbeda, tahun ini motif yang dibawakan adalah Gedekan. Filosofinya adalah persatuan dan kekuatan, dimana ada rajutan vertikal dan horisontal dari bilah-bilah bambu. Bambunya juga kerap ditanam di tepi sungai, karena kekuatannya mampu menjaga tanah agar tidak terbawa arus air," katanya.

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Festival Banyuwangi 2018
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA