1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Anak-anak Gintangan mahir menganyam dalam Festival Bambu

Lewat festival ini, produk-produk dari bambu laris manis.

©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Sabtu, 13 Mei 2017 15:15

Merdeka.com, Banyuwangi - Puluhan Anak-anak usia belasan tahun menunjukkan kreativitas menyanyam bambu dalam Festival Bambu di Desa Gintangan, Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi. Pengunjung yang hadir di Festival Bambu akan disajikan beragam aksi kesenian seperti patrol dan barong. Kemudian aksi Anak-anak Gintangan di sepanjang jalan yang menunjukkan kreativitas menganyam bambu.

Sasha (10), salah satu anak yang menganyam bambu mengatakan, dia sudah sering melihat orang tuanya menganyam bambu di rumah. Dari situ, dia sudah belajar menganyam sejak kecil.

"Kalau ini jenis motif anyaman liris, belajarnya sudah dari rumah," ujarnya sambil menganyam bambu bersama teman-temannya, Jumat (12/5).

Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa melihat beragam proses membuat kerajinan seperti tempat buah, tudung saji, tempat kue, parsel buah dan songkok dari anyaman bambu. Salah satunya Rasidi (65) yang terlihat sibuk membuat anyaman Kepis, tempat menampung hasil tangkapan ikan bagi para nelayan dan pencari ikan. Kepis yang dianyam, berbentuk seperti kendi. Dia perlahan menganyam dengan bahan irisan tipis dari bambu jenis apus.

"Saya sudah nganyam kepis mulai tahun 1957. Membuat Kepis dari dulu. Harganya sekarang kalau dijual Rp 35 ribu. Kepisnya bisa menampung ikan setengah kilogram," ujarnya.

Desa Gintangan, sejak tahun 1980-an memang menjadi sentra kerajinan bambu dan sudah memasok kerajinan bambu untuk kebutuhan pasar nasional. Bahkan, hasil olahannya sudah diekspor ke sejumlah negara, seperti Jepang, Brunei Darussalam, dan Thailand.

Laris dijual

Lewat Festival Bambu, kerajinan warga semakin laris dibeli. Festival Bambu yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi digelar mulai 12-13 Mei, membuat banyak hasil kerajinan warga yang dibeli oleh pengunjung.
Huzainul Hasan (32), salah satu pengrajin kap lampu hias, tenong, kukusan nasi dan welasah dari bahan bambu, laris dibeli pengunjung. Bahkan kata Huzainul, banyak pengunjung yang mencatat alamat dan nomor teleponnya untuk memesan karena kehabisan stok.

"Banyak yang nyatat nomor handphone saya, karena kehabisan stok dan mereka mau memesan," ujarnya.

Huzainul menjual Welasah untuk mencuci beras dengan harga Rp 40 ribu. Kemudian tenong untuk tempat menyimpan hasil panen Rp 30. Sedangkan lampu hias, dia jual Rp 70 ribu.

"Kalau yang lampu hias sering kirim ke Bali. Lainnya pembeli dari lokal. Hari ini dapat Rp 500 ribu. Kalau hari biasa dapat Rp 200-an ribu, tapi jarang-jarang, kadang dua hari sekali. Lewat festival ya kebantu dalam penjualan, dan memasarkan lebih dikenal orang luar," paparnya.

Huzainul sudah bisa menganyam bambu sejak usia 10 tahun. Rata-rata warga Gintangan sudah bisa menganyam sejak kecil, belajar turun temurun dari orang tua dan pendidikan ekstrakulikuler dari sekolah.

Festival Bambu diselenggarakan sepanjang 1 Kilometer jalan desa. Sepanjang jalan tersebut, pada hari pertama akan diadakan beragaman penampilan seni budaya seperti barong, musik tretek dan hadrah. Kemudian ada Anak-anak sampai dewasa menganyam bambu di pinggir jalan sampai tempat pameran hasil beragam kerajinan bambu yang siap dibeli.

Kepala Desa Gintangan, Rusdianah (50) menjelaskan, hari ini ada 1.000 Anak-anak SD dan SMP yang dilibatkan dalam Festival Bambu. Anak-anak ini menganyam di sepanjang jalan area festival.

"Untuk Anak-anak ada dua sekolah SD 500 siswa. Dan siswa SMP ada 500 anak. Ini agar kreativitas menganyam tidak punah dan lestari, agar anak-anak bisa mencintai juga," ujarnya.

Pada malam harinya nanti, pengunjung dan masyarakat juga akan dihibur dengan pertunjukan kesenian janger (teater tradisional). Dia berharap, melalui Festival Bambu, Desa Gintangan bisa lebih dikenal sebagai sentra kerajinan bambu.

"Di sini untuk penganyam ada 55 persen dari 6700 penduduk. Dan sudah sering kirim kerajinan ke Malaysia dan Brunai. Semoga Gintangan yang kaya potensi UMKM, dan budaya bisa lebih dikenal. Sekaligus melestarikan kerajinan Gintangan," ujarnya.

Untuk rangkaian acara hari selanjutnya, pada 13 Mei, bakal ada fashion show memakai pakaian dari bahan bambu. "Besok show karnival, pakaian dari bambu, mulai pukul 08.00 pagi. Desainernya dari anak-anak muda sini sendiri," jelasnya.

Sementara untuk para model fashion yang akan tampil, dari pemuda Gintangan sendiri. Mulai Anak-anak sampai dewasa berjumlah 63 orang. "Talent terbaik ada 10 orang, ditambah 53 untuk yang biasa. Kemudian ada juga yang pakai batik motif pantai 10 orang," jelasnya.

Selain itu, kata Rusdianah, warga sudah menyiapkan homestay 28 rumah yang siap ditempati pengunjung atau wisatawan.
"Ini sudah ada tamu dari luar negeri, belum tahu dari negara mana. Mereka nginap di homestay milik warga," tuturnya.

"Sudah bisa dilihat kan, itu di pinggir jalan kan sudah banyak Anak-anak yang bisa menganyam," ujarnya.

(MH/MUA)
  1. Festival Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA