"Bayangkan ditemukan kurang-lebih 10.600 ribu orang dari luar kota berpindah ke Banyuwangi karena di sini memang sedang ada gula," kata Anas.
Merdeka.com, Banyuwangi - Data terbaru yang dihimpun Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menyebutkan sekitar 10.600 orang masuk bermukim di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu per tahun. Sebagian merupakan orang asli Banyuwangi yang telah bekerja di kota lain, sekarang ingin kembali tinggal di Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, mereka masuk karena Banyuwangi sedang memiliki peluang yang bagus. Kesempatan kerja dan membangun usaha rintisan menarik sejumlah orang itu masuk Banyuwangi.
"Bayangkan ditemukan kurang-lebih 10.600 ribu orang dari luar kota berpindah ke Banyuwangi karena di sini memang sedang ada gula," kata Anas kepada Merdeka Banyuwangi, Selasa (24/4).
Dia mengatakan perkembangan Banyuwangi dan sehatnya iklim investasi membuat lapangan pekerjaan tumbuh. Kemiskinan turun drastis sampai di angka 8,6 persen. Pendapatan per kapita juga naik menjadi Rp 41.46 juta per kapita di tahun 2016.
Anas mencontohkan sebagian orang Banyuwangi yang telah bekerja di Jakarta, Bali, dan Lombok kembali ke Banyuwangi hidup bersama keluarga. Mereka memilih keputusan itu meskipun gaji bulanan di tempat kerja asal lebih tinggi Rp 500 sampai 600 ribu. Ditambah biaya hidup di Banyuwangi lebih rendah dibandingkan daerah-daerah lain.
Dengan masuknya sejumlah tenaga kerja baru, Anas berpesan tenaga kerja muda Banyuwangi mengembangkan kreativitas agar mendapatkan pekerjaan yang cukup. Apalagi di Festival Bursa Kerja Banyuwangi, banyak juga pelamar luar daerah yang mengambil kesempatan kerja di Banyuwangi.
Namun Anas menilai, saat ini pekerjaan di Banyuwangi lebih banyak diisi oleh orang-orang Banyuwangi sendiri. "Misalnya pekerja hotel, masih bagus diisi orang Banyuwangi, diisi orang daerah. Tempat lain lebih parah, semua diisi orang luar," katanya.