"Pariwisata menjadi penggerak perekonomian daerah yang langsung dirasakan oleh pelaku usaha kecil seperti warung makan, UMKM pembuat oleh-oleh".
Merdeka.com, Banyuwangi - Bank Indonesia (BI) memprediksi tingkat inflasi year on year (YOY) Banyuwangi akan tetap rendah dikisaran dua persen hingga akhir tahun 2018. Prediksi inflasi YOY tersebut lebih rendah dari target yang dipatok nasional sebesar 3,5 persen.
Hal tersebut disampaikan Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Perwakilan Bank Indonesia Jember, Lukman Hakim pada Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sekaresidenan Besuki Lumajang, di Kantor Pemkab Banyuwangi, Selasa (4/9). Rapat tersebut turut dihadiri Profesor Bustanul Arifin, Asesor Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Soekam Parwadi, Direktur Pasar Komoditi Nasional.
"Hingga akhir Agustus kemarin inflasi YOY Banyuwangi sebesar 1,64 persen. Melihat stabilnya inflasi Banyuwangi sejak awal tahun dan tidak adanya kenaikan tarif dasar listrik seperti tahun lalu, inflasi Banyuwangi diprediksi akan terus terjaga di kisaran rendah hingga akhir tahun," kata Lukman.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru tingkat inflasi YOY nasional hingga Agustus telah mencapai 2,13 persen lebih besar dari Banyuwangi yang sebesar 1,64 persen. Sedangkan inflasi bulanan (month to month) Banyuwangi dan nasional pada bulan Agustus ini pada angka yang sama yakni mengalami deflasi sebesar 0,05 persen.
Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, Banyuwangi telah memilih untuk mengembangkan pariwisata sebagai payung besar perekonomian daerah, yang berujung pada peningkatan ekonomi rakyat. Dengan ekonomi yang kuat akan memperkuat daya beli warga yang menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi tingkat inflasi daerah.
"Pariwisata menjadi penggerak perekonomian daerah yang langsung dirasakan oleh pelaku usaha kecil seperti warung makan, UMKM pembuat oleh-oleh, jasa travel. Dampaknya nyata bagi penguatan ekonomi warga," ujar Anas.
Anas melanjutkan, pada Rapat Koodinasi antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia (BI) di Yogyakarta, beberapa waktu lalu, BI menyampaikan jika sektor pariwisata terbukti paling cepat dalam mengungkit peningkatan ekonomi daerah. Ini semakin menguatkan Banyuwangi untuk terus mendorong kemajuan pariwisata lokal.
"Kami bersyukur konsistensi daerah dalam pengembangan pariwisata daerah diapresiasi pemerintah pusat dengan menjadikan Banyuwangi sebagai delapan destinasi prioritas. Kami berterima kasih, karena pemerintah pusat terus mendukung secara konkrit berbagai inovasi daerah," ujarnya.
Ditambahkan Profesor Bustanul Arifin, saat ini sektor jasa memang menjadi bidang yang paling cepat yang mampu mengenerate devisa dibandingkan sektor pertanian dan industri. Namun yang harus diperhatikan adalah munculnya inflasi baru atas tingginya demand pariwisata.
"Khusus untuk Banyuwangi harus tetap waspada, majunya pariwisata harus tetap diawasi agar supply and demand bidang pariwisata tetap stabil agar harga-harga komoditas yang terkait didalamnya tidak melonjak hingga ikut menyumbang inflasi," katanya.