Pergerakan bumi yang terjadi di lahan dengan kemiringan 45 derajat itu diperkirakan merusak tanah seluas 100 meter persegi.
Merdeka.com, Banyuwangi - Air Sungai Bandeng di Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur yang dulu jernih kini berubah berwarna menjadi cokelat kemerahan selama 7 bulan. Dari aliran hulu itu, Sungai Bati di Kecamatan Singojuruh meneruskan air merah bercampur material batu, pasir, tanah, dan lumpur sampai ke muara Selat Bali di Kecamatan Blimbingsari.
Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Eka Muharram Suryadi, mengatakan material tersebut berasal dari longsoran di Bukit Pendil di Gunung Raung. Material longsoran masuk ke daerah aliran sungai (DAS) Sungai Badeng dan anak-anak sungai di bawahnya.
Pergerakan bumi yang terjadi di lahan dengan kemiringan 45 derajat itu diperkirakan merusak tanah seluas 100 meter persegi. Area masih termasuk hutan lindung dengan pohon-pohon berdiameter lebih dari 1 meter, yang turut ambrol terkena longsor.
Lokasi longsor berada di 3 kilometer setelah tempat wisata air terjun Telunjuk Raung, yang masuk wilayah Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, di sisi yang berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Longsor terjadi di bukit yang menghadap ke Kabupaten Banyuwangi, sehingga dampak longsor juga hanya menyasar sungai-sungai di Banyuwangi.
"Awalnya September 2017 dianggap ada longsoran kecil seperti yang biasa terjadi di Sungai Badeng. Januari warga mulai berpikir, kok tidak berhenti. Lalu warga memastikan bahwa yang terseret adalah material lumpur dari longsoran yang berasal dari gerakan tanah di Gunung Pendil," kata Eka di Banyuwangi, Rabu (11/4).
Dia mengatakan ada sekitar 100 petani sayur seladah di Kecamatan Songgon yang tidak lagi bisa menanam sayuran yang biasa dimasak dengan kuah bening itu. Padahal kualitas seladah di sana dikenal terbaik dan dikirimkan ke pasar-pasar lokal, Bali, Jember dan Surabaya.
Selain itu sedikitnya ada 2 obyek wisata sungai seperti rafting dan tubing di aliran Sungai Badeng yang kini mengalami penurunan kunjungan wisatawan. Ditambah semakin hari, sungai semakin dangkal yang berdampak negatif pada pengaturan irigasi pertanian yang bersumber dari Das Badeng.
Eka menjelaskan penanganan fenomena ini perlu hadirnya tenaga ahli untuk melakukan kajian penyebabnya, kandungan dalam air, memberikan keuntungan atau kerugian, hingga cara penanganan yang tepat. Untuk itu pihaknya melibatkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung untuk melakukan kajian tersebut.
"Kalau kita belum punya tenaga ahli analis seperti itu. Ini peristiwa geologi, bukan vulkanologi, Bidang Geologi PVMBG yang akan melakukan kajian," kata dia.
Sungai Bati yang terdampak aliran air keruh membawa material longsoran merupakan pemenang Festival Kali Bersih 2017 yang merupakan bagian dari rangkaian Banyuwangi Festival.
Berdasarkan pantauan Merdeka Banyuwangi, meski berwarna keruh, air sungai Bati masih digunakan warga Dusun Cantuk Lor, Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh untuk kegiatan mandi, cuci, kakus (MCK). Sebagian melakukan pengerukan sedimen saat air surut, walaupun pendangkalan sungai terus bertambah.
Dulu di waktu normal, kedalaman sungai se pinggang orang dewasa. Namun kini, di titik-titik tertentu bisa se-mata kaki.
"Sawah yang dialiri air keruh ini juga berubah. Dulu seperempat hektare menghasilkan 10 karung padi waktu panen, sekarang 3 karung saja. Nggak tahu disebabkan air keruh ini atau ada sebab lain," kata Ashadi (58), Ketua RT 3 RW 1 Dusun Cantuk Lor.