Festival Sastra juga berperan meningkatkan budaya baca yang pada akhirnya mendorong anak muda untuk menulis.
Merdeka.com, Banyuwangi - Kabupaten Banyuwangi menggelar Festival Sastra yang berisi beragam acara, mulai lomba baca puisi, lomba bercerita, lomba penulisan cerita pendek (cerpen) hingga bedah buku. Acara yang dimulai Rabu (26/4) itu diakhiri dengan peluncuran antologi puisi dan cerpen terbaik para peserta yang diberi judul Jejak Rasa: The Sunrise of Java, Sabtu malam (29/4). Ada 32 puisi dan 12 cerita pendek yang terpilih berdasarkan penilaian oleh dua sastrawan kenamaan, yaitu D. Zawawi Imron dan Hasan Aspahani.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, Festival Sastra digelar agar generasi muda semakin mencintai sastra, dan pada gilirannya bisa membentuk karakter yang baik. "Dengan model festival yang mengandung unsur kegembiraan, anak-anak muda tak lagi menganggap sastra sebagai sesuatu yang jauh dari jangkauannya, aneh, atau bahkan absurd. Festival mendekatkan sastra kepada anak muda," ungkapnya.
Dalam Festival Sastra para guru bahasa dan sastra dilibatkan, termasuk mereka berdialog dengan para sastrawan terkemuka yang didatangkan oleh Pemkab Banyuwangi. "Dari pertemuan ini saya berharap para guru bisa mendapat inspirasi baru tentang bagaimana sastra dikenalkan dan mampu memperkaya khazanah pemikiran anak-anak muda Banyuwangi," ujarnya.
Dia menambahkan, Festival Sastra juga berperan meningkatkan budaya baca yang pada akhirnya mendorong anak muda untuk menulis. Menurut Anas, keterampilan menulis tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan membaca.
"Saya percaya segala hal bermula dari membaca. Penulis yang baik pada dasarnya adalah pembaca yang baik. Karena itulah, pemerintah daerah memfasilitasi penyelenggaraan Festival Sastra di Banyuwangi," kata Anas.
Hajatan Festival Sastra ini pun menuai apresiasi dari sejumlah kalangan. Penyair D. Zawawi Imron menilai Festival Sastra sebagai terobosan untuk menumbuhkan budaya baca dan cinta sastra ke kalangan anak muda. "Ini saya kira merupakan terobosan penting yang dilakukan Banyuwangi dalam mengembangkan sastra," ungkap Zawawi saat penutupan Festival Sastra di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Sabtu malam (29/4).
Pengembangan sastra, lanjut Zawawi, memiliki arti penting dalam membentuk karakter masyarakat yang lembut dan penuh kedamaian. Sastra tidak sekedar berbahasa yang baik dan benar, tapi juga harus indah. "Karena kedamaian itu harus menggunakan bahasa yang indah dan lembut," terangnya.
Penyair Hasan Aspahani yakin, dengan penyelenggaraan yang konsisten, maka akan terlahir sastrawan besar dari Banyuwangi. "Saya yakin jika acara ini digelar berturut-turut selama 10 tahun, pasti akan terlahir sastrawan-sastrawan hebat dari Banyuwangi," kata Hasan.
Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB), Samsudin Adlawi menambahkan, Festival Sastra merupakan medium penting untuk pengembangan sastra. "Kecintaan kepada sastra harus dihidupkan lagi di kalangan anak muda Banyuwangi, apalagi daerah ini memang kaya cerita rakyat. Dengan kolaborasi banyak pihak, saya yakin anak-anak muda kita akan kembali melirik sastra sebagai sarana yang tepat untuk mengembangkan potensi diri," ujar Samsudin yang juga dikenal sebagai penyair.