1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Banyuwangi hadirkan 2 penyair nasional dalam Festival Sastra

Lewat Festival Sastra ini generasi muda di Banyuwangi bisa memiliki panggung untuk menunjukkan karyanya.

Pemenang Festival Sastra Banyuwangi. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Minggu, 30 April 2017 11:35

Merdeka.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menghadirkan penyair nasional Zawawi Imron Hasan Aspahani dalam apresiasi karya Festival Sastra yang berlangsung 26-29 April. Sebanyak 1200 pelajar mengikuti lomba mulai dari mewarnai, baca puisi, menulis cerpen, puisi dan menyajikan perpustakaan.

Pada puncak acara, karya-karya cerpen dan puisi terbaik dari peserta dibukukan dalam judul "Jalan Rasa The Sunrise of Java". Zawawi Imron, penyair yang terkenal dengan puisinya berjudul "Ibu" mengapresiasi satu per satu naskah puisi anak-anak.

Zawawi mengatakan, lewat Festival Sastra ini generasi muda di Banyuwangi bisa memiliki panggung untuk menunjukkan karyanya. Melalui sastra, dia yakin masyarakat Banyuwangi akan lebih menguatkan mentalitas dan jiwa kreatif anak-anak.

"Saya lihat ini terobosan baru dari pemerintah daerah, anak-anak SMP sampai SMA disuruh menulis puisi. Karena sastra itu bukan hanya soal bahasa baik dan benar, tapi sastra itu juga bahasa yang indah, dan akan menenteramkan," ujar Zawawi kepada Merdeka Banyuwangi di sela bedah buku Jalan Rasa The Sunrise of Java di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Sabtu malam (29/4).

Selain itu, kata Zawawi lewat sastra bisa menentramkan dan menciptakan kerukunan masyarakat Banyuwangi. "Ini bisa menumbuhkan kerukunan. Karena kerukunan tidak bisa disampaikan dengan bahasa yang keras dan kasar," ujarnya.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar menyampaikan Festival Sastra ini merupakan upaya untuk membangun daerah. Tidak hanya membangun fisik seperti bandara dan jalan, namun juga perlu membangun jiwa masyarakatnya.

"Begitu penting, ingin membangun daerah dengan hati yang halus. Bandara, jalan, bisa dikerjakan. Tapi jiwa juga perlu diperhatikan. Jiwa seni dan kebudayaan melalui Festival Sastra," kata Anas.

Anas berharap, lewat Festival Sastra bisa membangun kebudayaan baru di tengah pengaruh kemajuan teknologi. "Di tengah budaya digital. Anak-anak semakin jarang membaca buku. Melalui festival ini, saya berharap bisa mendorong sekolah-sekolah, supaya dekat dengan buku kembali," jelasnya.

Sementara itu, penyair dan penulis buku biogradi "Chairil Anwar", Hasan Asphahani yang hadir dalam Festival Sastra yakin bila kegiatan ini bisa terus dihadirkan di Banyuwangi, maka akan memunculkan seniman atau penulis hebat.

"Ini kabarnya acara yang pertama. Wah kalau ini bisa berlanjut, 10 tahun lagi saya yakin akan lahir penulis-penulis hebat di Banyuwangi," jelasnya.

Itu bisa terjadi karena melalui Festival Sastra, Anak-anak di Banyuwangi bisa memiliki ruang kreatif. Dan menariknya, mendapat apresiasi yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri.
"Karena medium seperti ini penting untuk perkembangan sastra. Ini bisa mencari bibit penulis baru," ujarnya.

Saat dia masih SMA, Hasan harus berjuang rajin menulis sendiri dengan ruang apresiasi yang minim. Sehingga bila tidak diberi fasilitas ruang kreatif anak bisa kehilangan spirit.
"Saya awalnya nulis enggak ada forum, enggak ada komunitasnya, hanya bergairah sendiri. Nulis sendiri, baca sendiri untuk tidak sampai kehilangan spirit," ujar dia.

(FF/MUA)
  1. Festival Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA