1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Pengalaman tak terlupakan penari Gandrung Banyuwangi tampil di Chicago - Amerika

Bunga bercerita sempat merasa grogi sebelum naik ke panggung. Tak disangka, apresiasi penonton sangat bagus.

Dua Penari Gandrung tampil di Chicago Amerika. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Taufik | Jum'at, 27 Juli 2018 14:13

Merdeka.com, Banyuwangi - Kebanggaan akan kemampuannya menari Gandrung telah tertanam kuat di hati 2 putri daerah Banyuwangi, Jawa Timur, bernama Bunga Mahardhika Nandya Puteri Wibowo (21) dan Hilda Dwi Puspitasari (22). Bagaimana tidak, keduanya berhasil menampilkan Tari Gandrung, Jakripah dan Kembang Goyang di dua acara di Kota Chicago, negara bagian Illinois, Amerika Serikat, di depan ribuan agen wisata Chicago, pejabat-pejabat kota tersebut, dan warga negara Indonesia (WNI) di Amerika.

Even tempat mereka tampil adalah forum American Society of Travel Agents (ASTA), yang digelar Kamis (5/7). Setelahnya di salah satu even rangkaian Remarkable Indonesia Fair (RIF) 2018 di Navy Pier, Chicago, Sabtu (7/7). Tim Banyuwangi, termasuk Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, berangkat mempromosikan daerah ujung timur Pulau Jawa itu dengan fasilitas dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

Kepada Merdeka Banyuwangi, Bunga bercerita sempat merasa grogi sebelum naik ke panggung. Di depan penonton asing yang bisa saja selera seninya berbeda, mungkin akan mendapat tanggapan negatif berupa cibiran.

Tak disangka, apresiasi penonton sangat bagus. Para penonton memperhatikan dengan seksama setiap gerakan, tersenyum, bertepuk tangan, hingga ingin berfoto bersama setelah tarian usai. Sehingga di penampilan selanjutnya Bunga dan Hilda lebih percaya diri serta lebih nyaman melepaskan gerakan-gerakan seninya.

"Rasanya bangga dan terharu bisa mewakili seniman Banyuwangi dan diberi kepercayaan untuk membawa tari Gandrung di kancah internasional. Awalnya sempat grogi, tapi ternyata penonton sangat excited, baru melihat kostum tari kami mereka sudah memuji, grogi jadi hilang," kata putri pasangan Didit Wibowoko dan Dewi Rachmawati, warga Desa Songgon, Kecamatan Songgon, Banyuwangi itu, Jumat (27/7).

Bunga mengatakan sejak kecil berlatih tari tradisional Banyuwangi. Ditambah keluarganya memang memiliki minat besar pada kesenian tradisional Banyuwangi. Sehingga minat tari memang tidak pernah hilang, meski kini Bunga dan juga Hilda, sibuk bekerja di bagian Protokol Pemkab Banyuwangi yang memiliki banyak even.

Otomatis goyang saat dengar gending

Hilda juga mengaku sekarang sulit mengatur waktu untuk berlatih di Sanggar Lang-lang Buana milik Sabar Harianto, di Kelurahan Kebalenan, tempat dia berlatih menari sejak kecil. Namun di sela-sela bertugas dalam even-even Banyuwangi Festival, dia sempatkan menggerakkan tangan dan pinggul saat terdengar gending.

"Saya enggak sadar kadang tangan sudah menari, dan itu seperti ada yang menggerakkan sendiri setiap mendengar gendingan tari," kata gadis asal Kelurahan Lateng, Banyuwangi, itu.

Dia mengatakan bersyukur bertugas dalam kondisi seperti itu, yang membantunya menjaga ingatan akan gerakan-gerakan tari. Sebelum mendapatkan pekerjaan di tim protokol itu, Hilda sudah terbiasa tampil di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, saat ada acara penyambutan tamu.

Saking seringnya menari Gandrung, Hilda sampai mendapat julukan 'Mbahnya Gandrung' atau neneknya Gandrung dari sang guru, orang tuanya dan para tetangga. Tak heran, pendidikan keras menjadi penari Gandrung telah ditelannya sejak kecil. Hilda mengatakan sering menerima lemparan sandal saat posisi siku atau lutut tidak sesuai yang seharusnya.

"Dulu lekukkan badan, kaki dan lengan itu harus sip. Pelatihan untuk penari-penari sekarang mungkin sudah berbeda, tapi antusiasme anak-anak sekarang jauh lebih besar daripada kami dulu," katanya.

Dia mengatakan dulu Gandrung kurang populer karena penarinya dipandang sebagai wanita penggoda. Namun kini anggapan masyarakat telah banyak berubah, Gandrung dianggap kebudayaan yang harus dilestarikan, dan bukan termasuk tarian erotis. Berbaga acara masyarakat juga telah menampilkan tari Gandrung, bahkan mendapat tempat khusus dalam ajang Festival Gandrung Sewu Banyuwangi.

"Karena dulu kan kesenian di Banyuwangi seperti bukan diutamakan, kalo zaman Pak Anas ini kan, utamanya kesenian yang menunjang promosi pariwisata Banyuwangi," kata Hilda.

Anas sendiri dalam even ASTA mempromosikan Banyuwangi sebagai daerah yang dekat dan memiliki akses yang mudah dengan Pulau Bali. Dia berharap dengan sendirinya agen perjalanan dan wisata, utamanya di Chicago, langsung memiliki gambaran letak geografis Banyuwangi.

Banyuwangi menargetkan menerima kunjungan 280.000 wisatawan mancanegara (wisman) ke Banyuwangi pada tahun 2021. Jumlah itu merupakan 7 persen dari jumlah wisman ke Bali per tahun, sebanyak 4 juta orang. Anas mengatakan daerah yang dipimpinnya untu kali kedua ini sekarang mendapatkan kunjungan 100 ribu wisman per tahun.

"Kedekatan dengan Bali adalah keunggulan. Itu kita manfaatkan sebagai strategi pemasaran. Target kami memang menggaet 7 persen wisman dari Bali. Tentu ada pula yang ke Banyuwangi tanpa lewat Bali," ujarnya.

(MT/MT) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Info Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA