1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Ketika suami ibu-ibu hamil ngopi bareng di Puskesmas Sempu Banyuwangi

Pesertanya 25 orang laki-laki suami ibu-ibu hamil risiko tinggi (bumilristi) yang usia kehamilannya lebih dari 6 bulan.

Ngopi bareng suami. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Taufik | Jum'at, 19 Oktober 2018 12:44

Merdeka.com, Banyuwangi - Ngopi telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia di rumah-rumah, kafe, restoran dan tempat-tempat nongkrong lainnya. Tapi ada kegiatan ngopi bareng di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang cukup unik karena diadakan di taman belakang Puskesmas Sempu yang wilayah kerjanya sampai ke lereng Gunung Raung.

Pesertanya 25 orang laki-laki suami ibu-ibu hamil risiko tinggi (bumilristi) yang usia kehamilannya lebih dari 6 bulan. Obrolan yang terjadi juga berisi materi bermanfaat untuk mencegah kematian ibu hamil (bumil) maupun bayi selama sisa masa kehamilan hingga proses persalinan.

Kepala Puskesmas Sempu Hadi Kusairi mengatakan pihaknya berupaya memberi tahu suami-suami bumil tentang risiko-risiko bahaya yang tengah dihadapi istri mereka dan cara-cara menghindarinya. Menurut Hadi banyak kasus kematian bumil atau bayi yang disebabkan kurang pedulinya suami yang harusnya mendampingi istri menghadapi persiapan persalinan.

Hadi menjelaskan kegiatan ngopi bareng itu merupakan pengembangan dari program sebelumnya untuk mengurangi angka kematian bumil dan bayi. Telah berjalan program Stop Angka Kematian Ibu Hamil dan Anak (Sakina) sejak tahun 2015, dimana sebelumnya wilayah Puskesmas Sempu menjadi salah satu penyumbang angka kematian bumil dan bayi terbanyak di Kabupaten Banyuwangi.

"Kita ajak ngomong terus, bahwa sebagai suami anda itu harusnya seperti ini, risikonya seperti ini, besok melahirkan harus seperti ini dan lain sebagainya," kata Hadi, Jumat (19/10).

Dia mengatakan penyebab terbanyak kematian ibu hamil dan bayi di wilayah kerjanya adalah perdarahan, dan eklampsia atau kejang saat melahirkan karena darah tinggi. Dia mengatakan bila para suami lebih peduli, memahami kebutuhan dan merawat istrinya yang sedang hamil, risiko kematian bisa dikurangi sehingga setiap pasangan ibu dan bayinya selamat.

"Misalnya perdarahan kita bisa support dari gizi, tambahan-tambahan makanan sehingga tidak akan sampai terjadi seperti itu. Karena mulai dari awal sudah kita siapkan," paparnya.

Jumlah rata-rata kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Sempu 500 bumil per tahun, 100 kehamilan di antaranya berisiko tinggi. Selama tahun 2012 dan 2013 di sana terdapat 16 orang ibu hamil yang tidak sakit tapi meninggal saat melahirkan, juga 28 bayi yang meninggal dalam proses persalinan.

Namun dengan berjalannya program Sakina tidak ada lagi ibu hamil dan bayi yang meninggal dunia saat melahirkan mulai tahun 2016 sampai sekarang. Hadi berharap ngopi bareng suami yang telah berjalan 2 tahun terakhir mendukung keselamatan ibu hamil dan bayi yang akan menjalani proses kelahiran di masa mendatang.

Deva Mei Nuriwati (18) istri dari Yustian Risma Sandi yang tengah hamil 8 bulan menunggui suaminya mengikuti kegiatan ngopi bareng Puskesmas Sempu. Dia mengaku senang suaminya mendapatkan wawasan baru tentang risiko kehamilan dan langkah-langkah penyelamatan bagi dirinya.

Dia mengatakan sekarang jadi tahu bahwa kaki bengkak menjadi tanda bahaya bagi ibu hamil yang hendak melahirkan. Hal itu bisa diatasi dengan banyak olahraga senam dan berjalan kaki.

"Acaranya bagus, dapat ilmu bahaya dan risiko melahirkan. Kehamilan saya berisiko tinggi karena usia saya masih 18 tahun," kata calon ibu dari bayi yang diperkirakan berjenis kelamin perempuan itu.

(MT/MT) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Info Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA