1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Setelah adanya festival, ini wajah kampung perajin bambu gintangan

"Kalau omzet kerajinan bambu di desa Gintangan sudah miliaran. Kalau untuk wisata sekarang sudah ada 27 homestay," kata Rusdianah.

Bupati Anas . ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Minggu, 06 Mei 2018 11:08

Merdeka.com, Banyuwangi - Masuk ke Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, di setiap halaman rumah terpasang lampion dari anyaman bambu. Sementara masyarakatnya aktif membuat berbagai kerajinan anyaman hingga baju fashion karnaval dari bambu.

Gintangan sejak berpuluh-puluh tahun telah menjadi kampungnya para perajin anyaman bambu. Identitas kerajinan bambu ini kemudian diangkat dalam ajang festival yang rutin digelar Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tiap tahun.

Adanya festival, membuat Gintangan tidak hanya menjual karyanya, namun juga menjadi destinasi wisata oleh-oleh dan edukasi kerajinan bambu.

Gintangan Bambu Festival kali ini berlangsung selama dua hari, 5-6 Mei 2018. Dalam festival ini, puluhan anak-anak Desa Gintangan menampilkan demo menganyam bambu untuk bahan berbagai kerajinan. Pada hari kedua, masyarakat Gintangan akan saling menunjukkan kreativitasnya mengenakan baju karnaval berbahan bambu.

Kepala Desa Gintangan, Rusdianah mengatakan dari 2224 Kepala Keluarga (KK) 35 persen dari warganya merupakan pengrajin bambu, sisanya mayoritas sebagai petani dan pedagang. Dalam festival, anak-anak TK hingga SMP dilibatkan untuk belajar menganyam agar regenerasi perajin bambu di desanya bisa semakin bertambah.

"Harapannya ada regenerasi perajin bambu. Dari 35 persen, setelah ada festival para perajinnya bisa bertambah," ujar Rusdianah usai pembukaan Gintangan Bambu Festival, Sabtu (5/5).

Rusdianah mengaku, adanya festival di desanya membuat pasar kerajinan bambu semakin luas. Masyarakat juga punya pendapatan tambahan dengan membuka paket wisata edukasi dan menjadikan rumahnya sebagai homstay untuk menginap.

"Kalau omzet kerajinan bambu di desa Gintangan sudah miliaran. Kalau untuk wisata sekarang sudah ada 27 homestay, sementara wisatawan yang banyak dari kalangan pelajar, peneliti," katanya.

Sebelumnya, kata Rusdianah, warga Gintangan mayoritas hanya memproduksi perlengkapan dapur berbahan bambu, salah satunya seperti kukusan untuk menanak nasi. Baru pada tahun 1980-an kerajinan di Gintangan semakin variatif seperti kap lampu, songkok, hantaran dan tempat tisu.
"Tapi kebanyakan pasarnya masih sempit, untuk kebutuhan antar daerah. Kalau sekarang pasarnya sudah sampai luar negeri," jelasnya.

Salah satu perajin bambu, Bayu Pratama (32) mengatakan, dalam sehari industri kerajinan rumahannya bisa memproduksi ratusan kerajinan bambu seperti keranjang, tempat kue dan kap lampu hias.

"Menjelang Ramadhan ini keranjang parcel yang rame, buat tempat oleh-oleh. Untuk yang keranjang saja, per hari kami bikin 50-100 buah," kata Bayu.

Dia mengatakan, permintaan pasar untuk kerajinan bambu sangat tinggi. Sementara tenaga perajin di Gintangan masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Langganan Bayu sendiri tidak hanya di dalam negeri, tapi sudah kebeberapa negara di Asean dan Eropa.

"Tempat kue yang paling banyak dicari negara-negara di Asean. Kalau Amerika banyak minta kerajinan tempat baju kotor," jelasnya.

Dia menggandeng lebih dari 100 Ibu-ibu rumah tangga di Desa Gintangan untuk membuat anyaman bambu, sebagai bahan dasar kerajinan. Sementara industri rumahan kerajinan seperti milik Bayu, masih ada lima di Gintangan.

"Kalau di tempat saya ada 11 orang pekerja tetap, yang nganyam ada ibu-ibu ada 100 lebih. Omzet, per bulan Rp 30-50 juta. Tergantung musim, kalau gini bisa lebih," katanya.

Pekerja Bayu, rata-rata masih di usia 20-30 tahun. Pemuda Gintangan semakin sedikit yang menggantungkan hidup dengan bekerja di luar daerah. Festival menurutnya punya peran besar untuk membantu mengenalkan potensi desanya.

"Pemuda percaya yang bisa mengangkat nama desa ya kerajinan bambu. Karena khasnya bambu. Kami banyak yang bikin paket wisata edukasi, cara membuat kerajinan, dan sejarahnya gimana, desain produk baru," jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, toko kerajinan Widya Handicraft milik Bayu sedang kedatangan wisatawan asal Ukraina, Olena. Dia datang ke Gintangan karena penasaran bagaimana proses pembuatan kerajinan bambu yang beraneka ragam.

"Baru pertama kali saya di Banyuwangi, penasaran ingin tahun bagaimana proses menganyam kerajinan bambu ini, sangat kreatif," kata Olena. Saat baru datang dia langsung minta belajar bagaimana menganyam bambu.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyampaikan, festival ini merupakan cara Pemkab Banyuwangi untuk mengenalkan Gintangan sebagai destinasi perajin bambu.

"Mudah-mudahan dari waktu ke waktu Gintangan bisa semakin produktif. Dan kabarnya omzet dari kerajinan juga semakin meningkat. Target kami ke depan, ada Anak-anak yang belajar untuk regenerasi kerajinan bambu," katanya.

 

(ES/MUA)
  1. Abdullah Azwar Anas
  2. Festival Banyuwangi 2018
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA