Sebanyak 60 peserta karnaval memperagakan kostum bambu masing-masing dalam tarian mengikuti musik pengiring.
Merdeka.com, Banyuwangi - Festival Bambu Gintangan yang digelar Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menjadi media pembuktian kualitas produk kerajinan anyaman bambu warga setempat. Hasil kreasi mereka berupa kostum berbahan bambu berbagai tema ditampilkan dalam karnaval meriah yang digelar pada Minggu (6/5).
Sebanyak 60 peserta karnaval memperagakan kostum bambu masing-masing dalam tarian mengikuti musik pengiring. Komponen-komponen kostum mereka seperti rantai ring bambu, sayap anyaman bambu, bagian ekor atau aksesoris di bagian pinggang turut bergoyang mengikuti gerakan sang peraga.
Dengan iringan musik tradisional dan modern yang menghentak secara bergantian, mereka tampil di depan segenap pejabat dan ribuan penonton yang memadati jalan utama Desa Gintangan. Salah satu perancang kostum, Anton (32), mengaku baju bambu yang dibuatnya lengkap dengan mahkota dan sayap, memiliki berat 25 kilogram.
Kostum yang dibuatnya selama sepekan itu terinspirasi dari penampilan raja-raja dahulu di Pulau Jawa yang dilihatnya dari film di televisi. Dari itu dia berusaha membuat baju yang megah dengan mahkota susunan bambu yang mengerucut ke atas. Dia juga berusaha membuatnya gagah dengan memberikan komponen kostum di bagian pundak.
Kostum yang dibuat Anton terdiri dari anyaman bilah bambu, bilah bambu tipis dengan panjang berbagai ukuran, matras, bambu runcing pendek, hingga ring dari bambu kecil gelondongan yang digergaji. Bekas gergaji yang biasanya tidak rapi tak nampak karena detailnya pengerjaan.
"Paling sulit buat rantai dari ring bambu bulat. Apalagi buat ring bambu yang bentuk elips, gergajinya harus miring," kata pemuda Gintangan yang sekarang memiliki usaha konveksi itu.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramuda mengatakan, gelaran Festival Bambu Gintangan kali ini jauh lebih baik dari tahun lalu. Panitia acara dan peserta telah mendapatkan pendampingan dari tim penyelenggara Banyuwangi Etno Carnival (BEC) Pemkab Banyuwangi. Beberapa kostum terbaik juga akan diikutsertakan dalam BEC yang akan digelar akhir Juli 2018.
"Kita ingin orang ke Gintangan tidak hanya membeli oleh-oleh kerajinan bambu. Tapi mereka diharapkan menginap untuk mengeksplore kerajinan anyaman bambu, berlatih, menikmati kulinernya, dan kebudayaannya," kata Bram.
Sementara itu, sebelumnya Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan berencana mengundang pelatihan anyaman bambu dari luar daerah hingga luar negeri. Dia mengatakan langkah itu perlu demi memperbarui kemampuan menganyam masyarakat Gintangan pada model-model kerajinan bambu modern.
"Target kami ada generasi baru yang menekuni kerajinan, sehingga tidak hanya yang sepuh. Karnaval ini juga untuk mengasah kemampuan para pengrajin dalam berkreasi dengan bambu mereka," kata Anas.
Kepala Desa Gintangan Rusdianah mengatakan, 2 bulan terakhir warga desanya telah melakukan ekspor 15 kontainer kerajinan bambu ke luar negeri. Desa dengan penduduk sebanyak 2.224 keluarga itu, 35 persennya merupakan pengrajin bambu.
"Setelah ada festival warga pengrajin anyaman bambu semakin semangat. Dulu setelah produksi bingung cari pembeli, sekarang mereka tinggal tunggu pesanan di rumah. Total omzet miliaran rupiah per tahun," kata Rusdianah.