1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Inilah kisah janda Banyuwangi pengrajin anyaman bambu

"Kalau untuk kap lampu tidak boleh terlalu rapat. Biar cahaya lampu tetap bisa keluar," kata Sulaenah.

Pengrajin anyaman bambu. ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Minggu, 06 Mei 2018 10:52

Merdeka.com, Banyuwangi - Anyaman bambu telah menjadi komoditas utama ekonomi Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Puluhan usaha kerajinan anyaman bambu tumbuh di jalan utama desa hingga gang-gang kecil di antara pemukiman warga yang rapat.

Salah satu penganyam Sulaenah (60) yang terlihat menganyam kap lampu bambu di Kantor Kepala Desa Gintangan, Sabtu (5/5), sebagai persiapan Festival Bambu Gintangan besok. Dengan tangannya yang hitam dan keriput, dia berusaha mengatur kerapatan anyaman bambunya.

"Kalau untuk kap lampu tidak boleh terlalu rapat. Biar cahaya lampu tetap bisa keluar," katanya.

Wanita yang memakai daster batik warna toska itu, mengatakan sudah sejak kelas 3 sekolah dasar belajar menganyam bambu. Setiap pulang sekolah, dia belajar menganyam. Kemudian saat kelas 6 SD dia sudah membantu orang tua mencari uang dengan kemampuannya menganyam bambu.

Dengan keterampilan kerajinan bambu itu juga dia berjuang menghidupi dua anak setelah suaminya meninggal 21 tahun lalu. Anak pertama bernama Inayah kini berusia 35 tahun, hanya lulus sekolah dasar karena dulu terkendala transportasi. Sedangkan anak keduanya bekerja di Bali sebagai buruh bangunan setelah lulus sekolah menengah pertama.

"Ya buat belanja makan anak-anak dari menganyam bambu ini. Sekarang sudah kerja sendiri-sendiri," kata Sulaenah.

Inayah putri Sulaenah yang juga ditinggal wafat suaminya kini justru tengah membangun usaha kerajinannya sendiri. Sebelumnya dia bekerja pada pengusaha kerajinan bambu lain, kemudian dia mengambil kesempatan saat ada pembeli yang memesan langsung kepadanya.

Tidak kurang dari 40 perajin bambu kini bekerjasama dengan Inayah. Lulusan SD itu sudah siap mengerjakan order berbagai produk kerajinan berbahan bambu.

"Setiap hari ada yang kerja. Kadang saya jual ke pengusaha tempat saya belajar dulu, atau saya jual keluar. Harganya berbeda," katanya.

Harga jual kap lampu berbentuk tabung dari bambu berukuran kecil ke toko lokal Rp 2.500, tetapi kalau dia jual keluar jadi Rp 20 ribu. Biasanya per orang mampu membuat 10 kap lampu itu per harinya.

Produk tudung saji, kotak tisu, keranjang buah, kemarang nasi, bola lampu taman, keranjang sampah dan lain sebagainya juga demikian. Berbeda harga bagi perajin, antara menjualnya ke toko lokal atau langsung ke pembeli dari luar desa.

Lain cerita dengan Taslimah (50), yang menjadi janda saat 2 anaknya masih kecil. Anak pertama perempuan sudah meninggal dunia setelah memberinya seorang cucu laki-laki yang kini sekolah taman kanak-kanak. Anak kedua berhasil dia sekolahkan hingga lulus SMA.

Dia mengaku hanya bisa mengumpulkan uang Rp 3 ribu atau Rp 3,500 ribu per hari dari menganyam bambu.

"Saya sejak anak-anak kecil membiayai kehidupan keluarga sendiri dengan anyaman bambu," kata dia.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah 2 tahun mengadakan Festival Bambu Gintangan untuk kembali mempopulerkan produk anyaman bambu. Dari 2.224 keluarga, 35 persen di antaranya merupakan pengrajin anyaman bambu yang separuhnya adalah perempuan.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, mengatakan selain produknya, Gintangan harus mempercantik desanya agar nyaman bagi wisatawan dan para pembeli kerajinan. Dia mengintruksikan agar pemerintah desa menanam pohon trembesi di beberapa titik tepi jalan dan di halaman kantor desa agar sejuk.

"Kalau Gintangan mau jadi desa wisata kerajinan bambu, silahkan buat desa ininyaman dan sejuk bagi wisatawan. Untuk pengembangan anyaman bambu, kalau perlu akan kita undang pelatih dari luar negeri agar produk-produk Gintangan naik kelas," kata Anas.

Festival Bambu Gintangan akan digelar besok dengan pawai kostum bambu hingga gelaran kesenian jaranan yang memang sangat diminati warga Gintangan sendiri.

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Kerajinan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA