1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Si celurit emas dan Bupati Anas duet baca puisi tentang desa Banyuwangi

"Festival Sastra ini memperkaya festival yang sudah ada. Saya berharap ini menjadi forum baru bagi sastrawan Indonesia," kata Anas.

Zawawi Imron serahkan lukisan karyanya kepada Bupati Anas. ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Sabtu, 28 April 2018 15:13

Merdeka.com, Banyuwangi - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berduet membaca puisi dengan penyair Zawawi Imron dalam pembukaan Festival Kemah Sastra Nasional di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (28/4). Puisi yang mereka baca berjudul 'Desaku' yang ditulis Zawawi sebagai sebuah catatan Genteng-Rogojampi tahun 1967.

Penyair berjulukan Si celurit emas itu mengaku pernah tinggal di rumah ayah angkatnya, H Hasan, di Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, tahun 1964-1966. Dalam sebuah perjalanan dari Rogojampi ke Genteng, Zawawi mengaku terinspirasi desa-desa yang dilewati hingga menulis syair tentang kehidupan desa.

"Saya menulis puisi itu karena senang saat jalan-jalan di desa sekitar Rogojampi, Parijatah, Sempu sampai Genteng," kata Zawawi kepada Merdeka Banyuwangi.

Anas mengawali membaca puisi, diwarnai intonasi berpidatonya yang khas. Grup musik Uni Using mengiringi keduanya dengan suara biola dan seruling, menambah sedap suasana ampliteater Jiwa Jawa Resort tempat acara digelar.

"Di jembatan itu ku dengar bisik sejarah Aku tak tahu, siang ini manakah yang lebih berkobar
Matahariku atau darahku yang membesarkan makna air sungai
sebelum tiba di gerbang muara," demikian bagian yang dibawakan Anas.

Bersambung pada Zawawi hingga kalimat akhir puisi yang menggambarkan semangat dan optimisme masyarakat desa menghadapi perkembangan zaman itu. Keduanya memiliki suara yang lantang, serta artikulasi yang jelas dan nyaman didengar.

Anas sendiri mengatakan puluhan peserta kemah sastra akan mendapatkan materi dan bertemu langsung dengan tokoh sastra nasional. Dia berharap dengan dipilihnya anak-anak Banyuwangi yang memang berminat pada sastra akan membawa mereka menjadi sastrawan yang berkualitas.

Sebelumnya Zawawi juga menyerahkan sebuah lukisan bergambar Anas di tepi pantai dengan perahu-perahu yang indah, kepada bupati yang telah menjabat selama 7 tahun itu.

Selain Zawawi Imron, beberapa sastrawan nasional lainnya juga dilibatkan, seperti Hasan Aspahani, Sutardji Coulzum Bachri, Wayan Jengki Sunarta, Ahmadun Yosi Herfanda, hingga sutradara Garin Nugroho.

"Festival Sastra ini memperkaya festival yang sudah ada. Saya berharap ini menjadi forum baru bagi sastrawan Indonesia, menjadi tempat mereka bertemu dan memunculkan ide baru untuk pengembangan sastra di Indonesia," kata Anas.

Sementara itu, Sutardji sang Presiden Penyair Indonesia memberikan sedikit pembekalan terhadap peserta kemah sastra. Dia mencontohkan kalimat Tuhan dalam menciptakan mahluk, yakni 'Kun', hingga berdampak pada penciptaan alam.

Dia mengatakan syair yang diciptakan harus memiliki makna dan hasil sebagaimana sifat kata Kun yang diucapkan Tuhan. Sutardji mengatakan orang yang ingin menjadi penyair harus akrab dengan kata sampai menganggapnya sebagai kawan, bahkan kekasih.

"Silaturahmi kata dan seniman harus terus terjaga. Kalau dalam kehidupan sehari-hari cuma jadi alat berkomunikasi," kata dia.

Sutardji mengatakan, bila seorang tidak cukup akrab dengan kata bisa jadi musuh karena kata yang dicari tidak mau muncul di benak sang penyair. Untuk itu, dia menyarankan agar peminat syair memperbanyak pengenalan kata dan menghayati hubungan antar kata dan makna-makna dalam kehidupan.

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Abdullah Azwar Anas
  2. Festival Banyuwangi 2018
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA