Festival ini semakin unik dan kental nuansa etnik, karena selain kostum warna-warni khas marching band.
Merdeka.com, Banyuwangi - Kabupaten Banyuwangi selalu punya cara menarik dalam memampilkan budayanya. Kali ini, daerah di ujung timur Pulau Jawa itu menggelar Festival Drum Band Etnik. Pertunjukan marching band yang mengkolaborasikan alat musik drum band modern dengan alat musik dan kesenian tradisional.
Sabtu siang (29/4) yang terik tidak menyurutkan ribuan peserta festival unjuk kemampuan di even yang masuk agenda Banyuwangi Festival (B-Fest) pertama kali ini. Mereka menampilkan beragam atraksi yang sangat menghibur.
Pertunjukan diawali dengan penampilan drumband lansia Lalangan asal Desa Temuguruh, Kecamatan Sempu, Banyuwangi. Meski mayoritas pesertanya adalah petani dan ibu rumah tangga, mereka mampu tampil dengan atraktif. Memainkan alat musik sambil berjoget mengikuti irama yang mereka mainkan. Penonton dibuat terkagum-kagum dengan penampilan dan stamina yang mereka tampilkan.
Kemudian disusul oleh penampilan 42 grup marching band SD, SMP, dan SMA/SMK. Dalam even ini, peserta membawakan sejumlah lagu dengan iringan musik etnik yang dihasilkan dari kolaborasi alat musik drum band (klarinet, sexophone, drum, terompet, dan simbal) dan alat musik tradisional seperti angklung, suling, kendang, dan saron.
Festival ini semakin unik dan kental nuansa etnik, karena selain kostum warna-warni khas marching band, sebagian peserta dalam tiap-tiap regu juga mengenakan pakaian tradisional khas Suku Osing Banyuwangi. Pertunjukkan juga semakin berwarna dengan adanya kesenian tradisional seperti barong-barongan pada penampilan peserta. Lagu-lagu yang dibawakan juga beragam mulai lagu nasional dan lagu khas Banyuwangi, seperti Donge Mekar, Ulan Andung-andung, Kali Lo, Tanah Kelahiran juga Lagu Grajagan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang membuka acara tersebut mengatakan festival ini menjadi media positif untuk penyaluran bakat dan potensi pelajar, khususnya kepiawaian bermusik. “Kami terus mendorong agar anak-anak tak hanya piawai di bidang akademik, namun juga mampu mengeksplorasi potensi lain yang mereka miliki. Dalam even ini, kami beri mereka ruang dan panggung untuk mengeksplorasi potensi dan kreativitas dalam memainkan alat musik,” kata Anas.
Sebelumnya Banyuwangi telah menggelar beberapa rangkaian yang spesial ditujukan bagi pelajar daerah yaitu Festival Pendidikan dan Festival Sastra. Kedua festival ini menjadi etalase bagi segenap potensi pelajar Banyuwangi mulai karya inovasi siswa di bidang teknologi, sampai ajang menyalurkan bakat sastra.
“Kita ingin memajukan kecerdasan akademik anak-anak Banyuwangi berbarengan dengan kecerdasan seni dan sastra agar anak-anak tumbuh dengan jiwa yang kaya," ujarnya.
Ketua Komisi Pendidikan dan Penataran Pengurus Besar Persatuan Drumband Indonesia (PB PDBI) Kolonel Murianto Babay yang ikut menyaksikan Festival Marching Band mengaku sangat kagum dengan even tersebut. Dia menyebutkan baru pertama kalinya menyaksikan Marching Band yang dikolaborasikan dengan alat musik tradisional.
“Banyuwangi luar biasa, ini menjadi sebuah pengalaman baru bagi saya selama berkecimpung di dunia Drum Band. Kolaborasi alat-alat drum band konvensional dan alat musik tradisional ini jadi inspirasi baru buat kami. Ide ini akan saya bawa ke pusat untuk bisa diadopsi secara nasional,” kata Kolonel Murianto.