"Saya senang sekali hari ini bisa melihat dari jauh penampilan ABK. Harapannya festival ini bisa menginspirasi," kata Anas.
Merdeka.com, Banyuwangi - Formasi tarian jejer gandrung dibawakan oleh lima penari di antaranya dua siswa penyandang tuna rungu asal SMA LB Negeri Banyuwangi dan tiga bukan tuna rungu asal SMA Negeri 1 Banyuwangi dengan lincah menari gandrung, mereka berkolaborasi saling melengkapi dalam acara Festival Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Selasa (27/2).
Pelatih tari gandrung dari SMA LB Negeri Banyuwangi mengaku Ida Rahmawati,senang Anak-anak didiknya bisa tampil dan diapresiasi.
"Kami juga sering diundang untuk tampil menari. Festival ABK lalu juga tampil, ini yang kedua," ujar Ida usai mendampingi siswinya menari di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Selasa (27/2).
Gandrung merupakan tarian khas lokal Banyuwangi yang juga rutin disajikan dalam Festival Gandrung 10 ribu tiap tahunnya. Dia juga berharap, anak didiknya, bisa juga terlibat dalam event yang lebih besar.
Ida mengaku, mengajari Anak-anak tuna rungu menari gandrung menjadi tantangan tersendiri, karena harus dikolaborasikan dengan anak yang tidak tuna rungu.
"Ini tantangan kami, biasanya Anak-anak tuna rungu sulit mengikuti dan memadukan irama musiknya. Karena tidak mendengar. Jadi dia harus menghafal dari gerakan awal sampai akhir," kata dia.
Saat sudah hafal, kata Ida, bisa mengikuti ritme gerakan dengan penari yang tidak tuna rungu.
"Ini mereka latihannya baru dua hari, tetapi sudah bisa. Untuk selanjutnya mereka akan latihan terus untuk tarian lain, agar siap tampil di acara-acara selanjutnya," ujar dia.
Penari penyandang tuna rungu, Sifa Wulahim dan Nadifa yang masih duduk di kelas 2 SMA LB Negeri Banyuwangi memang sudah senang menari sejak SD. Saat ini, keduanya aktif belajar ekstrakulikuler menari di sekolahnya, seminggu sekali. Selebihnya banyak belajar secara otodidak dengan menonton video tari.
"Jadi kami kembangkan bakatnya sampai sekarang. Teknik menarinya kebanyakan otodidak dari liat video, saya hanya mendampingi saja," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, Festival ABK memang upaya pemerintah daerah untuk membangkitkan semangat dan memotivasi kreativitas penyandang disabilitas di Banyuwangi.
"Saya senang sekali hari ini bisa melihat dari jauh penampilan Anak-anak. Harapannya festival ini bisa menginspirasi, bahwa Anak-anak disabilitas juga punya kesempatan yang sama, dan orang tua bisa lebih semangat mendidik Anaknya," ujar Anas dalam sambutannya.
Dalam kesempatan ini, Pemkab Banyuwangi juga membagikan Kartu Gandrung yang berfungsi memberikan fasilitas gratis untuk masuk ke destinasi wisata.
"Jadi dengan Kartu Gandrung Anak-anak bisa gratis masuk wisata di Banyuwangi," terangnya.
Festival ABK tahun ini diikuti oleh 2.000 siswa-siswi berkebutuhan khusus mulai dari tingkat TK sampai SMA. Anak-anak berkesempatan menunjukkan kreativitas mulai dari mewarnai, tarian, teater, mendongeng, musik, hingga olah raga tolak pluru dan catur.
Sementara itu, Duta Disabilitas Nasional, Dewi Yull yang juga hadir, memberi semangat orang tua yang mendidik Anak-anak penyandang disabilitas.
"Saya lihat penampilan Anak-anak luar biasa. Jadi jangan berkecil hati, jangan menganggap memiliki anak disabilitas sebagai kesialan. Semua punya kesempatan yang sama," katanya.