"Rasanya ketika kami menari, semua mata tertuju kepada kami. Campur aduk rasanya, grogi, senang, bangga," kata Ihsan.
Merdeka.com, Banyuwangi - Kemeriahan Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) menjadi kenangan tersendiri bagi Ihsan Idrees, gadis asal Palestina yang turut menjadi peserta karnaval etnik itu. Pasalnya dengan pakaian tradisional kebaya dan
hijab warna hitam, dia berada di urutan terdepan dalam barisan warga negara asing (WNA) peserta karnaval.
Mereka berjumlah 35 orang dari 20 negara yang tersaring dari 600 WNA yang mengajukan diri secara online. Kehadiran mereka dengan pakaian tradisional Banyuwangi, sambil menari dan menyapa penonton di panggung utama, menambah semarak acara karnaval.
"Rasanya ketika kami menari, semua mata tertuju kepada kami. Campur aduk rasanya, grogi, senang, bangga. Semakin menyenangkan ketika kami mengenakan pakaian khas," kata Ihsan kepada Merdeka Banyuwangi, Minggu (29/7).
Ihsan dan yang lain juga mendapatkan kesempatan fam trip gratis dari Pemkab Banyuwangi ke beberapa tempat wisata, seperti Djawatan, Kampung Primitif, Pantai Pulau Merah, hingga Kawah Ijen yang fenomenal dengan api biru abadinya.
"Sejak tadi malam kami sudah berlatih koreografi untuk penampilan hari ini. Saya senang mendapat kesempatan mendukung BEC. Apalagi ke sininya bareng teman-teman akrab saya dari Mesir dan Sudan," cerita Ihsan lagi.
Begitu juga Anne Reina asal Jerman yang heboh sendiri karena sangat menyukai kostum penari Gandrung yang dikenakannya. Tak jarang dia meminta suaminya yang juga menjadi peserta karnaval, Santiago Reina, untuk mengambil gambar dirinya berpakaian Gandrung dengan gawai mereka.
"Saya senang berpakaian begini, lucu, unik, dan colorfull. Menyenangkan sekali. Ini pertama kali saya tampil seperti ini di negara lain," kata Anne yang tengah berlibur di Indonesia ini.
BEC tahun ini bertema Puter Kayun, yang merupakan tradisi masyarakat Desa Boyolangu, di Kecamatan Giri, mengenang Buyut Jakso atau Joyo Martono nenek moyang mereka. Masyarakat Boyolangu menggelar napak tilas seminggu setelah Idul Fitri dengan pergi ke Pantai Watu Dodol mengendarai dokar atau delman.
Watu Dodol dipilih karena menjadi bukti kesaktian Buyut Jakso dalam ‘ndodol’ atau menjebol bukit batu sehingga bisa dibangun jalan. Tradisi digelar menggunakan dokar karena di masa awal tradisi dilakukan, pria Boyolangu bekerja sebagai kusir semua.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan yang datang menonton karnaval mengatakan acara tersebut sangat bagus. Bahkan dia memuji pemimpin Kabupaten Banyuwangi, Bupati Abdullah Azwar Anas, sebagai bupati yang kreatif mengembangkan daerahnya.
"Saya banyak lihat karnaval, tapi ini yang terbaik. Ini hebat, dan harus terus dikembangkan," kata Luhut.