1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Bertemu budaya lokal, Banyuwangi Ethno Carnival dibanjiri ribuan penonton

Pagelaran BEC dibuka dengan fragmen kisah Puter Kayun yang tampil secara atraktif. Fragmen mengisahkan perjuangan Mbah Buyut Jakso...

Banyuwangi Ethno Carnival . ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Taufik | Senin, 30 Juli 2018 12:17

Merdeka.com, Banyuwangi - Banyuwangi Ethno Carnival 2018 berlangsung dengan meriah, Minggu (29/7). Ribuan orang memadati sepanjang jalan yang menjadi rute BEC. Mereka tidak ingin ketinggalan menyaksikan event yang masuk sebagai TOP 10 Calendar Event of Indonesia ini. Parade busana kolosal ini dibuka langsung Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan bersama Bupati Abdullah Azwar Anas.

Pagelaran BEC dibuka dengan fragmen kisah Puter Kayun yang tampil secara atraktif. Fragmen mengisahkan perjuangan Mbah Buyut Jakso, leluhur Warga Boyolangu yang membuka akses wilayah melalui Pantai Watu Dodol.

Kisah inilah yang diperingati sebagai tradisi Puter Kayun, ritual tiap tanggal 10 Syawal warga desa Boyolangu menaiki delman ke Pantai Watu Dodol untuk melakukan kenduri masal di sana. Fragmen juga semakin meriah dengan tampilnya ratusan penari Gandrung yang mengiringinya.

Parade BEC dimulai saat munculnya penampilan deretan busana megah di atas panggung utama BEC di jl. Veteran, Taman Blambangan. Sebanyak 120 busana kreasi etnik nan megah dengan tema Puter Kayun ditampilkan secara atraktif dan menawan.

Semua busana itu merepresentasikan 10 sub tema yang diangkat dari ritual “Puter Kayun” seperti Kupat Lepet, Tapekong, Oncor-oncoran, Keris, Dokar, Buyut Jakso, dan Gedogan. Musik pengiring BEC yang rancak menambah semarak even yang masuk penyelenggaraan ke delapan kalinya ini.

"BEC konsisten selalu mengusung tema yang berakar pada tradisi lokal untuk kita perkenalkan ke publik global. Semoga dengan strategi budaya ini kita bisa menghargai produk budaya Nusantara yang sangat beragam untuk saling bersanding dengan budaya global," ujar Bupati Abdullah Azwar Anas.

Kostum yang dibawakan menjadi representasi kekayaan nature dan culture milik The Sun Rise of Java. Detailnya terlihat unik. Kaya warna. Artistik. Nuansa Banyuwanginya jangan ditanya lagi. Ukiran, bentuk, desain, sampai warna, semua representasi dari tema ‘Puter Kayun’.

BEC kali ini juga begitu istimewa, tidak hanya mendapatkan pengalaman menyenangkan menyaksikan busana yang menawan, para penonton juga diajak mengeksplorasi filosofi dari masing masing tema tersebut. Karena tahun ini, terdapat 10 panggung tematik sebagai perform spot di setiap tema.

Selain menghadirkan kesenian dan budaya lokal, panggung ini juga menjadi perform spot para talent BEC. Tak ayal di titik ini menjadi spot selfie favorit yang dijubeli para penunjung. Sepanjang rute karnaval pun dipenuhi puluhan ribu wisatawan. Mereka datang dari berbagai wilayah se-nusantara.

"Acaranya keren banget, terorganisir dengan baik, busananya juga bagus-bagus. Menurut saya acara ini sangat berbeda dengan daerah lainnya karena mengandung unsur seni dan budaya. Saya sendiri concern dengan seni dan budaya, tahun depan saya bakal nonton BEC lagi dengan mengajak rombongan," kata Nita Sambodro wisatawan asal Jakarta.

Kesan yang sama juga dirasakan Esther Michaud, wisatawan asal Prancis. Dia terkesima dengan busana yang ditampilkan karena begitu menarik dan atraktif. "Acara ini sangat bagus, bajunya unik dan kreatif sekali. Saya tak menyesal mengundur jadwal kepulangan saya hingga dua hari setelah mendengar ada event. Kulturnya sangat terasa di sini walau dikemas moderen," ujarnya.

Event ini juga mendapat apresiasi dariI Gde Pitana Brahmananda, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata 1, Kementerian Pariwisata RI. "Banyuwangi ini benar-benar menampilkan karya terbaik. Kami sangat gembira karena BEC tahun ini digelar sangat meriah. Melihat respon publik kepada BEC, Banyuwangi ini memang menjadi destinasi yang menjanjikan," terang Pitana.

Sementara itu, Menko Luhut Menko Luhut di ujung sesi karnaval ikut berjalan bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyusuri jalanan sepanjang sekitar 3 kilometer.

Luhut mengacungi jempol kiprah Banyuwangi dalam mengembangkan pariwisata. "Saya terkesan dan sangat menikmati. Kebersamaan pemerintah dan rakyat menyatu di karnaval ini. Banyuwangi paten," kata Luhut. Dalam bahasa khas Medan, paten berarti hebat.

(MT/MT)
  1. Festival Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA