Sebelum tampil dia dan temannya yang menjadi aktor dalam lakon teatrikal mereka pamit ke sumur yang dipercaya sebagai tempat terakhir Sritanjung.
Merdeka.com, Banyuwangi - Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2016, kali ini membawakan tema The Legend of Sidopekso. Sebuah legenda yang menceritakan asal usul nama Banyuwangi. Salah satu tokoh adalah Patih Sidopekso dari kerajaan Sindurejo. Dalam legenda, Sidopekso digambarkan sebagai sosok yang gagah, tampan, sakti dan loyal kepada raja. Dia juga seorang Patih yang penuh dedikasi dalam menjalankan tugas kerajaan.
Karakter tersebut, dinilai oleh panitia dimiliki oleh Joko Bing Arianto (17). Pelajar SMA 1 Rogojampi, Banyuwangi. Pelajar yang akrab dipanggil Joko ini menjelaskan, seleksinya dilakukan secara ketat. Saat itu ada tiga siswa yang menjadi calon, namun dia yang terpilih.
"Dipilihnya ini disesuaikan dengan watak Sidopekso. Karena orangnya pendiam, tapi sekali marah, bisa menakutkan," ujar Joko kepada Merdeka Banyuwangi usai melakukan aksi teatrikal di hadapan ribuan penonton BEC 2016, Sabtu (12/11).
Sebelum tampil, Joko sudah berulangkali dilatih untuk berperan sebagai Sidopekso. Seingat dia, sudah latihan selama lima kali lebih. "Proses seleksi dari Dispar (Dinas Pariwisata) dipantau sama Disparnya. Seleksinya tiga anak, dilihat dari watak," ujar Joko.
Selain itu, di balik perannya menjadi Sidopekso, dia dan temannya yang menjadi aktor dalam lakon teatrikal BEC ini, sebelumnya juga sempat 'pamit' tempat (dikenal sebagai sumur Sritanjung) yang dipercaya hingga saat ini menjadi tempat terakhir Sritanjung menceburkan diri.
Sebab, sebelum pamit ke sana sudah banyak temannya yang kesurupan. Para desainer yang mengambil inspirasi dari cerita legenda ini juga susah mendapat inspirasi dan seringkali gagal.
"Ini karena memang tokoh yang jadi asal mula Banyuwangi paling tidak pamit di Sumur Sritanjung. Karena itu dipercaya sebagai pusatnuya Sritanjung menceburkan diri. Ya agar selamat dan lancar acaranya," lanjutnya.
Saat acara teatrikal ini berlangsung, para penonton terdengar histeris. Ada yang teriak, ada pula yang bersorak haru. Selain itu, mimik muka para penonton juga terlihat tegang dan sampai sedih. Terutama saat darah Sritanjung ternyata berbau harum.
Untuk menguatkan suasana, bau-bau wewangian dan bunga ditebar di tempat teatrikal, tepatnya di sisi utara Taman Belambangan. Aroma wangi terus bertahan sampai acara BEC berakhir sekitar pukul 16.00 WIB.
Usai acara berlangsung dengan lancar, Joko merasa senang. Dia tidak menyangka bisa menjadi aktor yang mewakili cerita dari legenda Sritanjung dan Sidopekso. "Pertama gak nyangka karena tidak pernah membayangkan. Saya merasa termotivasi," kata Joko.