"Lucu ya, ternyata banyak juga anak kembar di Banyuwangi," kata Ainul.
Merdeka.com, Banyuwangi - Tidak hanya menggelar sederet even yang berlatar seni, budaya ataupun sport dan religi, Banyuwangi Festival juga menggelar festival unik dan lucu, yakni Festival Kembar, Jumat (25/8). Sebanyak 350 orang kembar saling beraksi menunjukkan diri sebagai pasangan yang paling identik.
Apa jadinya bila ratusan orang kembar berkumpul bareng. Saat bertemu, para pasangan kembar itu saling sapa dan tersenyum malu. Meski tak saling kenal, mereka saling melirik keidentikan pasangan lain.
Seperti yang dilakukan pasangan kembar Nurul Yaqin dan Ainul Yaqin. "Lucu ya, ternyata banyak juga anak kembar di Banyuwangi. Lihat orang wajahnya mirip ternyata lucu juga. Mungkin orang lain juga gitu ya lihat kami," ujar Ainul (16).
Festival kembar digelar di halaman depan Gedung Seni Budaya (Gesibu) Kabupaten Banyuwangi. Festival ini diikuti pasangan kembar dari seluruh penjuru Banyuwangi dari beragam usia, mulai usia 5 bulan hingga 84 tahun. Mereka bersama-sama mengikuti beragam acara menarik yang telah disiapkan panitia. Mulai dari lomba selfie, lomba kembar identik dan lomba kembar sehat.
Lucu dan menggemaskan melihat anak anak balita mengikuti lomba foto. Bukannya fokus memperhatikan kamera, mereka malah sibuk dengan mainannya. Ada yang main mobil-mobilan, puzzle, dan masih banyak lagi. Tingkah mereka ini membuat peserta lain ikut gemas melihatnya.
Keunikan acara ini juga tampak saat melihat pasangan kembar tertua berpose di depan kamera. Adalah Umrah dan Umnah, pasangan kembar berusia 84 tahun dari Desa Kaotan, Kecamatan Blimbingsari. Ekspresi dua nenek yang datar ini justru membikin gemes semua orang yang hadir di acara itu. "Senyum dong mbah, jangan kaku," goda panitia.
Umrah mengatakan senang ada festival kembar. Dari dulu belum pernah ada acara seperti ini. Bahkan, sebagai pasangan kembar tertua, dia dan saudara kembarnya mendapatkan hadiah berupa uang tunai dari panitia. "Alhamdulillah, kulo seneng. Hadiahe ajenge kula damel kirim doa bapakke (Alhamdulillah, saya senang. Hadiahnya mau dipakai untuk selamatan almarhum suami saya," kata Umrah. Umrah mengaku mereka sejak kecil hingga setua ini tidak pernah terpisah jauh.
Festival ini juga menjadi ajang bagi orang tua anak kembar untuk saling berbagi cerita. Seperti yang dituturkan Rihana, ibu muda asal Desa Gitik, Kecamatan Rogojampi. Dia mengungkapkan festival ini sebagai ajang untuk menambah ilmu bagaimana membesarkan anak kembar.
"Tadi ketemu ibu-ibu yang anaknya sudah 10 tahun. Tadi saling cerita serunya mengasuh bayi kembar. Saya juga nanya bagaimana nanti kalau anak-anak sudah sekolah. Pokoknya seru acara ini," ujar ibu yang putri kembarnya berusia 3 tahun.
Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesra Agus Siswanto yang membuka acara ini mengatakan Festival Kembar ini sengaja digelar untuk memberi warna dalam rangkaian Banyuwangi Festival.
"Selama ini kan sudah biasa ada festival seni, budaya ataupun religi. Nah lewat festival ini, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas ingin memberikan warna yang unik dan menarik bagi masyarakat. Ini karena Pak Anas melihat ada ratusan orang kembar di Banyuwangi, sehingga tercetus acara ini," kata Ague.
Ke depan, imbuh Agus, festival ini akan menjadi potensi pariwisata baru bagi Banyuwangi. Dengan gelaran ini pasangan kembar dari berbagai nusantara pasti akan tertarik untuk daang ke Banyuwangi.
"Festival kembar ini kan tidak dibatasi dari mana asalnya, sehingga punya peluang untuk menarik pasangan kembar dari manapun, termasuk luar negeri tertarik mengikuti festival kembar," ujarnya.
Peserta tertua pasangan kembar
Dari 160 pasang warga kembar yang ikut dalam pagelaran Festival Kembar di Taman Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, ada satu pasang peserta kembar dengan usia tertua.
Peserta kembar tertua, Omnah, dan Umrah, saat ini sudah berusia 84 tahun. Keduanya berangkat dari rumahnya di Desa Kaotan, Kecamatan Blimbingsari mulai pukul 07.00 WIB. Sambil dibopong perangkat desa, Omnah dan Umrah maju di atas pentas untuk menerima hadiah dan piagam penghargaan sebagai peserta kembar tertua.
"Mulai kecil hidup bersama, tidak pernah pisah, rumahnya berhadapan-hadapan. Yang satu punya anak, yang satu endak," ujar Wahyudi, Sekertaris Desa Kaotan saat mendampingi dua warganya, Jumat (25/8).
Saat ditanya, Omnah saat ini sudah memiliki cicit 18 dan cucu 20, sementara anaknya ada 5. "Kalau Umrah tidak punya anak, sehari-hari jualan gorengan, saya membantu," ujar Omnah.
Dalam budaya masyarakat di Banyuwangi, anak kembar yang lahir terlebih dahulu merupakan adik dari yang lahir belakangan. "Jadi Omnah ini kakak saya, karena saya lahir duluan," ujar Umrah.
Dalam Festival Kembar yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, mulai Anak-anak sampai lansia mendapat perawatan kesehatan hingga mengurus administrasi kependudukan.
Asisten Pembangunan dan Kesra Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Agus Siswanto mengatakan, dari data yang dihimpun dinas kependudukan dan dinas kesehatan, saat ini di Banyuwangi ada 700 pasang warga kembar.
"Kami berharap dengan festival kembar bisa mendorong pertumbuhan pariwisata dan ekonomi masyarakat. Salah-satunya dengan event yang unik seperti ini," katanya.