"Kami melihat meskipun aksesibilitas di Banyuwangi masih terus berproses tetapi Banyuwangi punya atraksi pariwisata yang menarik".
Merdeka.com, Banyuwangi - Komisi X DPR RI melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Banyuwangi, Jumat (29/6). Komisi yang membidangi pariwisata ini berkeliling ke sejumlah lokasi untuk melihat perkembangan pariwisata daerah diujung Jawa ini.
Wakil Ketua Komisi X Abdul Fikri Fakih mengatakan, kedatangan kunker komisi X di Banyuwangi untuk mendapatkan studi empiris referensi tentang pengembangan pariwisata daerah. Sekaligus melakukan konfirmasi tentang pesatnya perkembangan pariwisata di daerah ini.
"Selama ini Banyuwangi sering disebut sebut oleh Kementrian Pariwisata di ruang ruang sidang tentang contoh pengembangan pariwisata dari nol hingga mendatangkan banyak wisatawan. Kita ingin mengkonfirmasi langsung semua informasi ini," kata Abdul yang datang bersama 10 orang anggota tim komisi X.
Didampingi Bupati Abdullah Azwar Tim tersebut mengunjungi sejumlah lokasi di Banyuwangi. Mulai Lounge Pemkab Banyuwangi, Mal Pelayanan Publik dan Pendopo Kabupaten. Tim juga mendatangi beberapa destinasi wisata seperti Villa Solong dan Bangsring Underwater serta melihat progres pembangunan hotel bintang empat baru. Tim juga mendapatkan penjelasan dari Bupati Anas tentang atraksi pariwisata Banyuwangi Festival yang dikembangkan daerah hingga cara banyuwangi membangun aksesibilitas dan amenitas pariwisata.
"Kami melihat meskipun aksesibilitas di Banyuwangi masih terus berproses tetapi Banyuwangi punya atraksi pariwisata yang menarik. Dan Banyuwangi percaya diri dengan keasliannya untuk menarik wisatawan terutama dari mancanegara dan cara ini berhasil. Dengan segala keterbatasannya Banyuwangi mampu maju, ini patut dicontoh daerah lain. Apa yang kami dengar tentang Banyuwangi sudah terkonfirmasi dengan kehadiran kami disini," ujarnya.
Senada dengan Wakil Ketua Komisi X, anggota tim Komisi X Marlinda Irwanti, sangat terkesan sejak pertama turun di Bandara Banyuwangi. Bandara Banyuwangi menurutnya sangat kental dengan kultur budaya lokal.
"Bandara menjadi wajah dari wilayah baru yang kita datangi dan akan menjadi salah satu daya tarik pariwisata. Bandara Banyuwangi menampilkan kekhususan dan keunikan dari daerah. Banyuwangi jeli akan hal ini," ujar Marlinda.
Marlinda juga terkesan dengan cara Banyuwangi dalam melibatkan rakyat dalam pengembangan pariwisatanya. Rakyat dilibatkan dalan setiap event festival hingga penyiapan amenitas pariwisata.
"Kami melihat keinginan yang kuat bahwa destinasi wisata tidak hanya jadi pekerjaan pemerintah, tetapi juga ada partisipasi masyarakat yang luar biasa. Misalnya saja tumbuhnya homestay yang dikelola warga karena kebijakan pemerintah yang melarang pembangunan hotel melati. Saya yakin Banyuwangi bisa jadi kota percontohan bahwa mengembangkan pariwisata jadi pendorong kuat untuk mengembangkan ekononi daerah. Banyuwangi luar biasa, Komisi X pasti akan memberikan dukungan untuk keberlanjutan pengembangan pariwisata disini," ujarnya.
Jumlah kunjungan wisatawan di Banyuwangi sendiri terus meningkat. Pada 2011 jumlah wisman baru 45 ribu meningkat tajam hingga 4,5 juta orang pada 2017. Sedangkan Wisman dari 12.500 orang pada 2017 naik menjadi 98.970 pada 2017.
Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut baik kehadiran tim komisi X DPR RI di Banyuwangi. Bupati Anas menyebut jika pariwisata Banyuwangi dibangun melibatkan rakyat.
"Modal tidak seluruhnya uang tetapi modal sosial berupa dukungan dari rakyat yang membuat pariwisata Banyuwangi bergerak dan bisa eksis," ujarnya.
Anas juga mengatakan dalam puluhan atraksi Banyuwangi Festival yang tiap tahun digelar bukan hanya atraksi pariwisata tapi alat konsolidasi baik di lingkup birokrasi dan masyarakat.
"Festival ini bukan semata untuk wisatawan tetapi juga untuk memberikan kebahagiaan dan membangun kebanggaan bagi rakyat Banyuwangi itu sendiri, sehingga kami semua sama-sama tergerak untuk menjaga keberlanjutannya," ungkapnya.
Pariwisata Banyuwangi juga menjadi pengungkit perekonomian lokal. Pendapatan perkapita masyarakat meningkat dari Rp. 20.08 juta/orang pertahun pada 2011 menjadi Rp. 43, 65 juta/orang pertahun pada 2017. Sedangkan angka kemiskinan Banyuwangi turun dari 20,09 (2011) persen menjadi 8,64 persen (2017).
"Pariwisata memberikan dampak ekonomi langsung bagi warga nulai penyediaan akomodasi, oleh-oleh, travel dan banyak lainnya. Sektor ini akan menjadi bagian yang terus kami kembangkan selain sektor ekononi lainnya di Banyuwangi," katanya.