1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Mengenal 18 Kilometer Kawasan Konservasi Penyu di Alas Purwo

Penyu abu-abu telah bertelur di TNAP sebanyak 103.287 dengan keberhasilan tetas hingga 81,4 persen.

Kawasan Konservasi Penyu. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Jum'at, 30 November 2018 21:11

Merdeka.com, Banyuwangi - Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) memiliki kawasan konservasi penyu di sepanjang 18 kilometer panjang pantai selatan. Risma Illa Maulany, peneliti yang menuntaskan gelar doktornya dengan kajian penyu di TNAP bercerita, populasi penyu bisa diprediksi keberlangsungannya dari suhu panas pasir pantai. Dalam kajiannya, Risma mengkaji sejauh mana peran penangkaran semi alami di Pantai Nagelan, TNAP bisa mendukung populasi hewan lindung penyu.


"Suhu terlalu panas, bisa berngaruh keberhasilan tetas. Kalau terlalu dingin gak bisa netas. Semakin subu kondusif, maka semakin banyak yang menetas," kata Risma saat ditemui di Pantai Nagelan, dalam famtrip Workshop Pengembangan Widlife Reasearch Station (WRS) di TNAP, Kamis (29/11).

Risma melanjutkan, mengutip data yang dihimpun TNAP, hingga saat ini masih terdapat empat penyu dari total tujuh jenis di dunia yang mendarat di TNAP. Ada jenis penyu abu-abu, penyu hijau, penyu sisik dan penyu belimbing. Semua penyu tersebut mendarat di sepanjang 18 kilometer panjang pantai TNAP yang dijaga dengan ketat.

"Dari tahun-tahun meningkat drastis populasinya, ini membuktikan kontribusi penangkaran semi alami di sini sangat membantu keberlangsungan penyu. Dari 7 jenis di dunia, ada 4 yang bertelur di sini," kata Risma.

Pada tahun 2017, penyu abu-abu telah bertelur di TNAP sebanyak 103.287 dengan keberhasilan tetas hingga 81,4 persen, meningkat di tahun sebelumnya sejumlah 81.660 telur.

Kemudian untuk jenis penyu sisik sebanyak 1287 telur dengan keberhaslan tetas, 52.7 persen, meningkat dari tahun sebelumnya sejumlah 631 telur. Sementara penyu belimbing tahun 2017 sebanyak 790 dengan keberhasilan tetas 61,65 persen, meningkat dari tahun sebelumnya 253 telur. Khusus untuk penyu hijau, belum terdapat data yang disajikan.

"Saya meneliti untuk S3 di sini sejak tahun 2009-2010, sebelumnya juga menyelesaikan gelar penelitian S1 dan S2 di sini (penyu TNAP)," kata dia.

Dalam studinya, Risma mengangkat judul "The effect of incubation temperature on hatchling quality in the olive ridley turtle, Lepidochelys olivacea, from Alas Purwo National Park, East Java, Indonesia: implications for hatchery management".

Dalam kajiannya, Risma menemukan tingkat keberhasilan penangkaran semi alami di Pantai Nagelan dengan keberhasilan 80 persen. Keberhasilan tersebut, dilihat dari temperatur suhu pasir yang menjadi tempat pemijahan telur penyu. Menurutnya, suhu sangat penting untuk mengukur keberhasilan ekosistem penyu.

"Suhu ideal untuk penangkaran penyu antara 29-33 derajat, penelitian saya mencari apakah penangkaran semi alami di sini bisa membantu atau justru merusak populasi, karena penetasan penyu tidak bisa sembarangan, sangat sensitif terhadap suhu, dan di sini 80 persen bagus," ujarnya.

Suhu pasir yang terlalu panas, katanya, bisa berpengaruh pada jenis kelamin penyu saat menetas. Bila terlalu panas, penyu akan menetas dengan kelamin betina, sementara bila dingin akan menjadi jantan.

"Jangan sampai perbandingannya seperempat lebih banyak betina dibandingkan laki-laki, tidak ideal, untuk melihat keberlangsungan penyu 100 tahun ke depan," ungkapnya.

Tidak hanya itu, suhu yang terlalu panas juga bisa menyebabkan tukik penyu menjadi lemas, hingga menyebabkan ukuran fisik lebih kecil hingga cacat. Bila tidak dipantau, hal tersebut bisa menurunkan populasi penyu, selain ancaman dari predator burung dan biawak.

"Kalau peforma kurang akhirnya sulit berjalan menuju laut, dan semakin terancam dari predator. Penyu butuh dijaga populasinya karena dia adalah spesies kunci di laut, ada karnivor, herbivor. Kalau mereka gak ada rantai makanan akan putus, akan brengaruh ke produktivitas laut," kata dia.

Suhu pasir di pantai TNAP, rata-rata berwarna kecoklatan sehingga cukup bagus untuk tempat bertelur penyu. Pasir berwarna hitam bakal meningkatkan suhu yang diterima dari sinar matahari, sementara pasir putih membuat suhu panas kurang.

"Pengelola juga perlu ada intervensi terkait suhu, bisa dikasih jaring wareng hingga terpal untuk menutupi bila suhu terlalu panas, apalagi adanya pemanasan global yang membuat suhu semakin tidak terkontrol. Penelitian saya bisa terus dikembangkan untuk melihat tingkat keberhasilan," katanya.

(ES/MUA)
  1. Pariwisata
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA