"Maka konsep wisata yang dikembangkan harus berbasis masyarakat, society based tourism, berbasis tradisi dan akar budaya rakyat," kata Anas.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pengembangan pariwisata di Banyuwangi menjadi bahasan dalam acara Collaborative Destination Development (CCD): Explore The Amazing at East Nusa Tenggara di Kupang, Senin (11/12). Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjadi pembicara langsung di acara yang diselenggarakan oleh PT Angkasa Pura I untuk memacu pengembangan pariwisata Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut.
"Bupati Azwar Anas cukup sukses untuk mendevelopment wisata di Banyuwangi. Apa yang dilakukan oleh Banyuwangi, bisa menjadi inspirasi dalam mengembang wisata di NTT yang luar biasa ini, sehingga kami undang Pak Anas untuk berbagi pengalaman di NTT," kata Direktur Utama PT Angkasa Pura I, Faik Fahmi dalam pernyataannya.
Menurut Anas, keberhasilan Banyuwangi dalam mengembangkan wisata tersebut tak terlepas dari partisipasi publik.
"Pariwisata tidak bisa tumbuh tanpa melibatkan masyarakat. Wisata yang mengenyampingkan mereka, hanya akan menimbulkan masalah baru. Maka konsep wisata yang dikembangkan harus berbasis masyarakat, society based tourism, berbasis tradisi dan akar budaya rakyat," ungkap Anas.
Salah satu upaya untuk melibatkan masyarakat tersebut, menurut Anas, adalah dengan mempersiapkan SDM. Mulai dari keterlibatan warga dalam atraksi wisata hingga pada upaya menjaga kebersihan dan tata kramanya.
"Kami membuat Banyuwangi Festival yang dalam setahun ada puluhan atraksi wisata sebagai sarana edukasi dan konsolidasi SDM. Masyarakat tumbuh dalam festival tersebut, menggerakkannya, menjiwainya, sehingga secara bertahap masyarakat memahami pentingnya pengembangan pariwisata," terang Anas.
"Warga berubah semakin peka wisata, lebih ramah, lebih bersih dan sebagainya. Lalu kami juga memfasilitasi kursus bahasa asing berbasis desa untuk meningkatkan kapasitas warga dalam menyambut pertumbuhan warga," kata Anas.
Keterlibatan rakyat, lanjut Anas, bisa membuat pariwisata tumbuh lebih cepat dan berkelanjutan. "Di Banyuwangi sudah 7 tahun tidak kami izinkan hotel melati. Kami ingin memberikan ruang kepada masyarakat untuk membangun homestay. Sehingga mereka turut menikmati berkah ekonomi dari pariwisata," contoh Anas.
Dampak ekonomi pengembangan pariwisata tersebut harus menjadi terukur, terutama dalam mengerek ekonomi warga.
"Tanpa kesejahteraan bagi warganya, pengembangan pariwisata adalah nol besar. Di Banyuwangi, pariwisata ikut mendorong penurunan kemiskinan secara drastis hingga tinggal 8,6 persen dari sebelumnya dua digit. Pendapatan per kapita sudah naik jadi Rp45 juta per orang per tahun," imbuh Anas.
Apa yang dilakukan Banyuwangi tersebut diamini Gubernur NTT Viktor Laiskodat. "Apa yang dilakukan oleh Bung Anas di Banyuwangi menjadi inspirasi penting bagi NTT dalam menggerakkan wisata di sini," ujar Viktor Laiskodat dalam pernyataannya.
Gubernur NTT juga terinspirasi dengan cara Banyuwangi dalam membangun SDM. "Kita belajar dari Banyuwangi bagaimana mengedukasi masyarakat dengan festival. Jika Banyuwangi yang awalnya bukan apa-apa, sekarang sudah menjadi sesuatu yang luar biasa. Tentunya, NTT dengan segenap potensinya yang luar biasa, harus bisa jadi lebih luar biasa lagi," katanya.