1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Lebaran, Bupati Anas kumpulkan Diaspora Banyuwangi

Acara dihadiri Menpar Arief Yahya.

Halal bihalal warga perantau asal Banyuwangi. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Sabtu, 09 Juli 2016 13:19

Merdeka.com, Banyuwangi - Sepenggal refrain lagu "Kangen Banyuwangi", Munggo isun urip mulyo, Duwe nomo duwe rego Seng kiro lilo, madako riko, menandai pembukaan acara Diaspora Banyuwangi. Atas inisiatif Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, ratusan diaspora (perantau) ini berkumpul dalam sebuah halal bi halal di Pendopo Shaba Swagata Blambangan, Jumat (8/7).

Menteri Pariwisata Arief Yahya yang merupakan putra Bumi Blambangan turut hadir dalam acara tersebut. Tradisi tahunan tersebut, kali ini digelar pada hari ketiga bulan Syawal. Silaturahmi ini dihadiri para perantau asal Banyuwangi dengan berlatar belakang profesi yang berbeda dan datang dari berbagai daerah. Baik di penjuru Indonesia maupun belahan dunia, seperti Jakarta, Bandung, Kalimantan, Mimika Papua, Malaysia, Taiwan hingga Melbourne Australia.

Suasana pendopo pun dibuat untuk bisa memantik nostalgia para perantau ini. Sambil menunggu acara dimulai, mereka disuguhkan lagu-lagu Banyuwangi kawak hingga terbaru yang dinyanyikan live. Selain itu, di halaman pendopo juga didirikan stand souvenir khas Banyuwangi.

Ajang kangen-kangenan ini pun berlangsung dengan hangat. Mereka memanfaatkan untuk saling bersilahturahmi, bahkan tak sedikit yang menjadikan moment ini sebagai reuni dengan teman sekolah.

Seperti yang dialami Suhaili Yakin, warga rantau yang kini menetap di Bandung. Suhaili yang hadir bersama keluarganya ini sengaja datang ke acara ini untuk bertemu dengan teman-temannya sewaktu kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), salah satunya Arief Yahya.

“Karena saya tahu pak Arief selalu hadir di diaspora, makanya saya selalu sempatkan hadir ke sini untuk bertemu dengan beliau yang satu angkatan di atas saya. Istrinya pun, adalah teman satu kos istri saya saat di Bandung. Ini cara kami bisa melepas kangen antar teman, sekaligus meluapkan kerinduan kami pada Banyuwangi. Dengar lagu-lagu Banyuwangi di sini, hati saya pasti trenyuh inget kampung saya di Licin,” ujar Suhaili yang bekerja di salah satu perusahaan minyak.    

Para anak muda rantau Banyuwangi juga memanfaatkan momen ini untuk reuni. Salah satunya alumnus SMAN 1 Glagah tahun 2011. Tujuh orang sahabat ini sengaja janjian bertemu di acara ini untuk melepas kangen.

"Kami sengaja kopi darat di acara ini. Karena untuk bertemu di waktu lain susah, karena kesibukan kerja kami masing-masing. Teman saya ada yang kerja di Jakarta, Bandung, Surabaya, jadinya kami janjian di sini saja saat mudik," ujar Rifky Adiansyah, yang bekerja sebagai peneliti muda di Universitas Padjajaran Bandung.

Sementara itu, Bupati Anas mengatakan sengaja menggelar acara ini untuk menggelorakan cinta kepada tanah kelahiran. Selain juga, lanjut Anas, untuk menggalang solidaritas daerah mengingat perantai yang tersebar di berbagai wilayah nusantara.

Dalam kesempatan itu, Bupati Aanas juga memaparkan sejumlah capaian dan prestasi yang diraih selama lima tahun terakhir kepada perantau.

"Ini salah satu cara mempertanggung-jawabkan kinerja kami pada publik, berapa kekuatan dan alokasi APBD Banyuwangi serta makro ekonomi. Selain juga untuk kebijakan publik kami. Sehingga para rantau ini bisa mengikuti perkembangan daerahnya," ujar Anas.

Tak sekedar halal bi halal, para perantau asal Banyuwangi sengaja dikumpulkan untuk diajak bersama berkontribusi bagi kemajuan Banyuwangi. "Pak Arif (menpar) ini, kini menjadi ikon diaspora Banyuwangi bukan karena menjadi menteri. Tapi karena memiliki komitmen yang tinggi sebagai warga asal Banyuwangi untuk memajukan daerah. Dan saya berharap para perantau lain bisa meniru jejak langkah daerah untuk ikut membangun Indonesia, khususnya Banyuwangi" ujar Anas kala memberikan sambutan.

Semangat yang sama juga tercetus dari para perantau lainnya. Krisna, salah seorang perwakilan Ikawangi Taiwan, misalnya. Sesama buruh migran asal Banyuwangi di Taiwan melakukan gerakan untuk memajukan pendidikan di Banyuwangi. Mereka mengumpulkan dana dan membuat yayasan pendidikan di Banyuwangi.

Tak hanya dari kalangan pekerja, semangat untuk memajukan Banyuwangi juga muncul dari kalangan mahasiswa asal Banyuwangi yang kuliah di luar kota. Salah satunya Muhammad Lutfi, mahasiswa STIMIK Amikom Yogyakarta yang membuat website www.homestaydibanyuwangi.com. Website yang membantu pemasaran home stay di berbagai tempat wisata di Banyuwangi.

"Awalnya saya berpikir Banyuwangi sekarang jadi daerah wisata dan ada seribuan titik wifi. Dari potensi ini, lantas saya terpikir untuk membantu pemasaran home stay-home stay di sekitar tempat wisata," ujar mahasiswa asal kecamatan Bangorejo. "Sekarang sudah ada 30-an lebih home stay yang kita pasarkan. Lengkap dengan paket wisata, travel dan lain sebagainya," ujarnya.

Di akhir acara, para perantau ini disuguhkan beragam kuliner khas Banyuwangi. Ada beragam menu yang disajikan, mulai pecel pithik, rujak soto, sego cawuk, lontong sayur dan sayur kelor sambal sereh.

Mereka tampak menikmati kuliner yang disiapkan di halaman pendopo belakang sembati diiringi musik khas tradisional Banyuwangi. Sambil mencicipi aneka kuliner para perantau ini pun juga memanfaatkan view pendopo belakang yang go green untuk berselfie.

“Asyik ya. Tak hanya destinasi wisatanya yang mulai dikenal, namun setiap spotnya terlihat enak di pandang mata salah satunya taman di pendopo ini,” kata salah satu diaspora dari Bandung yang sibuk memotret view pendopo, Rizki Chaeriz.

(FF/MUA)
  1. Info Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA