Meski mengenakan pakaian nonformal, semua terlihat mengikuti rangkaian upacara dengan khitmad.
Merdeka.com, Banyuwangi - Ratusan warga dari beragam elemen, seperti pengamen jalanan, pemulung, tuna wisma, masyarakat umum, dan beberapa komunitas di Banyuwangi, turut serta mengikuti upacara HUT RI ke 71, Rabu (17/8).
Upacara dari kalangan masyarakat kelas bawah ini, sudah kedua kalinya diadakan di wilayah Kampung Ujung, Kelurahan Kepatihan Banyuwangi.
Para peserta upacara di hari ulang tahun kemerdekaan ini tidak dituntut mengenakan sepatu, baju seragam dan celana. Namun mengenakan pakaian bebas, ada yang bercelana pendek, pakai kaos oblong, bersandal jepit dan bentuk keragaman nonformal lainnya.
Meski mengenakan pakaian nonformal, semua terlihat mengikuti rangkaian upacara dengan khitmad.
Seperti yang disampaikan Bandun (58) warga Kampung Ujung yang sehari-hari menjadi tukang becak dan tidak memiliki rumah sejak tahun 1993 ini, merasa terharu bisa mengikuti upacara peringatan hari kemerdekaan.
"Saya bangga bisa mengikuti upacara ini. Saya terharu, sampai nangis saya tadi. Soalnya sudah 30 tahun lebih tidak ikut upacara, sampai dilupakan. Saya benar-benar bisa merasakan nikmatnya kemerdekaan. Gak bisa dibilang sampai menangis waktu hormat bendera, tiba tiba terenyuh saya," ujar Bandun kepada Merdeka Banyuwangi dengan terbata-bata.
Sehari-hari, Bandun mengaku seringkali hanya tidur di atas becak. Sesekali, dia tidur di sekretariat komunitas Maskot Merdeka Dari Sampah yang ada di Kelurahan Kepatihan.
Upacara bendera rakyat ini, digagas oleh beberapa komunitas seperti Pencinta Sepeda Onthel Kuno, Merdeka Dari Sampah, Forum Banyuwangi Sehat, Maskot dan masih bayak lagi.
"Tadi ada lebih dari seratus orang yang ikut upacara. Yang menyelenggarakan dari berbagai komunitas," ujar Ramang (50) dari kumunitas Maskot Merdeka Dari Sampah.
Sementara itu, Slamet dari komunitas Forum Banyuwangi Sehat mengatakan, memperingati hari kemerdekaan Indonesia merupakan hak setiap warga negara.
"Hal ini yang mendasari berbagai komunitas untuk memberi ruang agar mayarakat mulai dari anak jalanan, pengamen, dan masyarakat umum bisa ikut upacara," tutur Slamet.
Dari situ, kata Slamat, warga bisa ikut upacara tanpa harus mengenakan pakaian formal. "Mereka sangat antusias, meskipun pakaian bebas, ada yang katokan pendek, ada yang bawa anak kecil juga kan," ujarnya.
Selain dari komunitas, upacara memperingati hari kemerdekaan kalangan rakyat ini juga dihadiri oleh Dewan Kesenian Blambangan, siswa SMKN Glagah, dan Balai Akreologi Yogyakarta. "Untuk tahun ini memang lebih ramai," ujar Ramang.tuk tahun ini memang lebih ramai," ujar Ramang.
Usai upacara bendera diselenggarakan, pengamen jalanan yang berasal dari berbagai daerah di Banyuwangi, menggelar konser kecil-kecilan. Mayarakat umum mulai dari Anak-anak, komunitas, terlihat menyanyi bersama lagu "Indonesia Tanah Air Beta"